Sejak itu mereka mulai akrab, sangat akrab. Bahkan teman-teman sekelas yang lain sampai menggosipkan keduanya pacaran, padahal mereka baru berusia 7 tahun dan mereka pun belum mengerti soal hubungan seperti itu.
* * *
Maret 2000
Raung kecil itu keluar dari mulut Dila ketika gadis 11 tahun merasakan ada sesuatu yang menimpuk kepalanya, ia segera mengelus kepalanya dengan rambut hitam sebahu yang ia biarkan tergerai. Suara tawa merdu terdengar tak jauh darinya, ia pun menoleh ke arah pemilik suara, anak lelaki itu berdiri bersender bingkai pintu kelas, kedua tangannya di masukan ke dalam kantung celana merahnya yang seatas lutut.
"Ih....sakit tahu!" keluh Dila, "kalau kepalaku pecah gimana?" kesalnya, Arga melangkah mendekatinya, duduk di kursi di dekatnya, salah satu tangannya di letakan di atas meja, "itu kan cuma sebungkus ciki, mana bisa pecah!" katanya memungut sebungkus potato chips yang terabaikan di lantai, "lagian ya, kepala kamu itu kan kaya' batu. Kalau pun di timpuk pakai kayu, yang ada kayunya yang patah!"
Dila merengut mendengar cibiran itu, ia membuang muka lalu kembali membaca buku di tangannya. Arga membuka potato chips itu, merogohkan tangannya ke dalam untuk memungut isinya lalu memasukannya ke dalam mulutnya, sambil mengunyah ia bertanya,
"Serius banget sih, belajar ya?"
"Kan abis ini ada ulangan Bahasa Indonesia!" Dila masih di posisi semula, sedikit memunggungi Arga. Suara kunyahan itu sedikit mengganggu Dila,
"Kamu kurang kerjaan ya, suka banget gangguin aku?" kesalnya sambil memutar tubuhnya menatap Arga, "biarin!" sahut Arga cuek.
"Sono, cowo itu mainnya sama cowo!" usirnya, tapi ia tak serius mengusirnya, Dila suka dekat-dekat dengan Arga. Bahkan tak ingin berpisah.