Liana mengerti siapa yang di maksud Rizal, ia pun mengangguk tapi sudah pasti Rizal tidak akan bisa melihatnya, "ehm...nanti kita bicara di rumah saja!" katanya mematikan hpnya,
"Liana!" panggil Rizal tapi sambungan telepon sudah terlanjur terputus, iapun menarik hpnya dari telinganya, "Anthony Robert, kenapa nama itu tidak asing bagiku?" desisnya, "siapa dia sebenarnya?"
Rizal kembali ke balik kemudinya sambil menerka-nerka, mencoba mengingat siapa gerangan pria itu? Tapi saat ini otaknya sedikit buntu, meski begitu, ia bisa merasakan ada hal negatif yang terselip di balik sorot mata pria itu terhadap Liana setiap kali pria itu datang dan menatap Liana dengan tajam.
Nicky bermain dengan Nino selepas makan malam, sementara Ivana pergi mandi. Karena wanita itu terlalu lama berada di kamarnya dan tak kunjung muncul maka iapun mengangkat Nino dan membawanya ke kamar wanita itu, ia segera saja mengetuk pintu itu. Menunggu beberapa saat untuk membuat pintunya terbuka, Ivana muncul dengan gaun tidurnya.
"Aku membuatmu mengurus Nino terlalu lama ya?"
"Aku masih banyak pekerjaan, dan kurasa Nino sudah mengantuk!"
"Maaf!" katanya mengambil balita itu. Setelah anak itu berpindah tangan Nicky segera membalik tubuhnya tapi suara Ivana menghentikannya, "Nicky!" panggilnya.
"Kurasa kau perlu merehatkan otakmu dari pekerjaan, belakangan kau sangat sibuk dengan pekerjaanmu. Bagaimana kalau lain kali kita pergi liburan?" usulnya memasang senyum penuh harap, Nicky membalikan tubuhnya. Menatapnya tajam,
"Aku tidak butuh liburan, aku menikmati kesibukanku!"
Itu sebuah penolakan.
"Nicky!"