Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Broken Wings of Angel ~ The Wedding #Part 24

14 November 2015   23:17 Diperbarui: 15 November 2015   06:47 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liana segera menepis pemikiran terakhir, ia tak mau beranggapan seperti itu. Karena jika benar begitu, tidak mungkin Nicky akan sesabar itu padanya di beberapa bulan pertama pernikahan mereka. Ia menghapus airmata yang membasahi pipi hingga lehernya, tapi ia tak beranjak dari sana. Ia malah membenarkan duduknya, menatap kursi kosong yang biasa di duduki Nicky.

Sosok Nicky yang dingin terlihat oleh matanya sedang menyantap makan malam, terkadang muncul juga sosoknya yang dulu, dimana pria itu selalu menatapnya tajam dan sinis, arogan, juga teduh. Entah kenapa ia justru merindukan sosok Nicky yang seperti dulu. Yang selalu angkuh padanya, sinis padanya, juga kasar padanya, tapi selalu membuat debaran di balik tulang rusuknya berdentang hebat, terlebih saat mata mereka beradu. Ia rindu, rindu sosok itu. Matanya kembali berair, tapi ia tak membiarkan buliran bening kembali berhasil menjebol matanya, ia segera menyekanya sebelum mereka merembes keluar.

Rizal menatapnya dari sisi dapur, dari tempatnya ia bisa melihat tubuh wanita itu yang duduk terpaku menunggu suaminya pulang. Entah apalagi yang terjadi, tapi sore tadi saat dirinya menghampiri Liana malah menghindar. Bahkan tak mau bicara padanya. Dan rasanya, hatinya perih melihat wanita itu seperti itu. Ia memang tak berniat meminta lebih, cukup dengan mencintainya saja sudah membuatnya bahagia. Tapi ia juga tak mau melihat Liana menderita, tapi apa yang bisa ia lakukan sekarang? Liana lebih memilih orang lain sebagai sandaran hidupnya, bukan lagi dirinya!

Jaya datang menghampiri Liana, "nyonya, mungkin tuan Nicky akan pulang sedikit malam. Sebaiknya nyonya makan malam lebih dulu saja setelah itu istirahat!" sarannya.

"Aku akan menunggunya,"

"Tapi nyonya...,"

"Kalian boleh istirahat duluan!" sahutnya, setelah itu ia diam kembali. Jaya tahu tidak akan ada gunanya membujuknya, ia juga bingung ada kesalahpahaman apalagi di antara mereka, padahal kemarin mereka sudah baik-baik saja. Bahkan terlihat mesra, dan kini seperti itu lagi.

Jaya pun akhirnya menyingkir, tapi ia tetap memantau Liana dari dapur. Duduk di sana bersama Rizal sambil mengobrolkan apa yang terjadi.

* * *  

Malam kian merambat, kepul-kepul dari hidangan di atas meja telah terbunuh oleh waktu yang serasa berjalan begitu lamban bagi Liana. Ia seperti sudah duduk di sana bertahun-tahun, melongo menatapi ruang hampa, atau sesekali matanya tergelitik untuk melirik pernak-pernik di atas meja makan yang mungkin sudah sedingin batu.

Jaya kembali membujuknya untuk berhenti menunggu Nicky, tetapi seperti malam sebelumnya ia selalu mempertahankan kekeraskepalaannya. Bahkan hingga tanpa terasa matanya memberat, perlahan kepalanya terjatuh di atas meja, hembusan lembut dan dalam membuat punggungnya naik turun lembut. Matanya terpejam, saat Jaya menghampirinya kembali seperti itulah keadaannya. Wanita itu tertidur di meja makan. Jaya tak tega membangunknanya maka ia hanya menyelimutinya saja secara pelan agar tak mengusiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun