"Ouh!" desisnya kecewa, "kalau dia pulang tolong beritahu aku ya!" pintanya, Jaya mengangguk. Setelah Liana menutup pintu ia kembali ke layar pc di depannya. Ia masih sibuk mengontrol perkembangan Harris Group, itu masih menjadi tugas utamanya meski ia tak lagi pergi ke kantor sejak William menunjuk Nicky untuk menjadi wakilnya dulu.
Liana berjalan lunglai ke kamarnya, apakah Nicky masih marah besar hingga jam segini belum pulang. Kalau sedang kesal dia pasti akan pulang larut malam. Sementara Jaya menelponnya, tetapi sama sekali tak dapat tanggapan. Bahkan setelah itu hpnya mati, tak bisa di hubungi.
"Di sini rupanya!" seru Ian lalu melirik Ivana, "hei Ivana, lama juga tak bertemu!" sapanya terhadap wanita itu. "hai Yan!" sahut Ivana.
"Wah....ganggu nih aku!"
"Tentu saja tidak," sahut Nicky untuk menjelaskan bahwa dirinya tak punya hubungan lagi dengan Ivana, itu bagi Nicky tapi tidak dengan Ivana. Dia memang terlihat memasang muka kesal ketika Ian menghampirinya. Ian duduk di samping Nicky, menatap seorang wanita cantik di belakang meja bar.
"Hei manis, satu gelas...biasa!" katanya lembut, wanita itu langsung mengerti seperti sudah paham pesanan Ian. Dengan cepat wanita itu meracik minuman Ian dan menyodorkannya, Ian menarik tangannya lalu mengecup pipinya, "terima kasih!" bisiknya, "plakk!"
Sebuah tamparan sedikit keras mendarat di pipinya, wanita itu menjauh lalu memungut sesuatu, sepertinya pesanan orang lain. "lembutlah sesekali Casandra!" keluhnya, itu namanya, sesuai dengan parasnya yang rupawan. Ian memang sempat kencan beberapa kali dengannya.
Liana mulai mondar-mandir di dalam rumahnya, ia bahkan ke halaman depan hanya untuk menunggu Nicky pulang, lalu ia berjalan ke belakang.
"Lebih baik kau istirahat dulu, Liana. Mungkin Nicky akan pulang larut!" seru Rizal, "tidak Jal, aku harus menunggunya pulang, aku ingin menjelaskan kesalahpahamannya ini!"
"Mungkin besok kau bisa menjelaskannya!"
"Aku akan menunggunya!" tegasnya lalu duduk di sofa, memungut bantal dan memangkunya. Rizal masih berdiri tak jauh darinya, Liana melirik, "Jal, lebih baik kau istirahat saja. Aku tidak mau Nicky salah paham lagi jika dia pulang nanti dan melihatmu menemaniku di sini!" pintanya, memang sedikit kasar, tapi Rizal bisa mengerti hal itu. Iapun beranjak tanpa sepatah katapun.