"Seberapa parah dok?"
Dokter menghela nafas.....
* * *
Nadine menggerakan jemarinya kembali, lalu telapak tangannya. Dan akhirnya perlahan ia membuka matanya, mengerjap beberapa kali hingga benar-benar bisa melihat jelas langit-langit di atasnya, ia ingin menggerakan tubuhnya tetapi seluruh sendinya serasa retak semua. Terlalu lama berbaring membuat tubuhnya bagai di abis di pukuli palu. Ia melepas selan di lubang hidungnya, memaksakan diri untuk bangkit.
Masih terasa kaku, tapi setidaknya ia tetap bisa bergerak hingga duduk. Ridwan yang baru saja menembus pintu terkejut melihat Nadine sudah duduk di atas ranjangnya.
"Nadine!" teriaknya membuat Ratna dan Pasha terbangun, keduanya juga terkejut melihat putrinya sudah sadar. Senyum bahagia bercampur haru bercampur menjadi satu, mereka menghampiri Nadine.
"Alhamdulillah, kamu sudah sadar sayang!" seru Ratna memeluknya, menciuminya dengan cinta, Pasha ikut memeluk putrinya. "kami sudah sangat khawatir sekali!" tukasnya,
"Kau baik-baik saja kok ma, pa!" katanya sedikit parau, mungkin karena tenggorokannya kering sekali, Ratna melepaskan pelukannya dan memberinya minum air putih. Lalu mereka memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Nadine.
"Bagaimana dok?" tanya Pasha,
"Alhamdulillah, saudari Nadine sudah sembuh. Kondisi fisiknya cukup baik, ini sebuah keajaiban, kita patut bersyukur!" semua orang merasa lega mendengar hal itu.
Nadine menatap Ridwan, yang terlihat gundah. Lalu tiba-tiba ia ingat Alisa, bukankah saat itu ia sedang bersama Alisa di rumahnya. Bagaimana keadaan Alisa sekarang?