* * *
Lucas berdiri dengan lunglai dari kursinya, berjalan meninggalkan ruangan itu dengan beban yang makin berat. Ia gagal, ia benar-benar gagal, ini adalah kasus pertama yang gagal yang berada di tangannya. Dan ini tentang Alisa, rasanya dadanya sesak sekali sampai mau pecah. Saat keluar ia melihat Ridwan berdiri di teras, mobil yang mebawa Alisa sudah tidak nampak. Ia menghentikan langkah menatap pria itu, benci, marah, kesal, beraduk jadi satu. Saat menoleh ia melihat Lucas menatapnya tajam.
Hanya dalam sekejap Lucas sudah sampai padanya dan melayangkan sebuah tinju di wajahnya hingga ia terpental ke belakang dan jatuh terjerembat, ia memgang pipinya yang lebam akibat pukulan itu. Tetapi ia masih diam tidak berusaha bangkit, nafas Lucas tak teratur, ia tak mengucap sepatah katapun. Kecuali memandang Ridwan lalu pergi menuju mobilnya terparkir.
Ridwan masih diam, ia tidak tahu seperti apa hubungan Lucas dengan Alisa tetapi pria itu sangat memperjuangkan kebebasan Alisa, meski dia sadar dia tak punya apapun untuk itu, sementara dirinya...apa yang telah di lakukannya?
* * *
Alisa termangu di dalam selnya, duduk memeluk kakinya sendiri. Ia ingin mencoba iklas, tetapi dadanya sakit sekali, semuanya sudah hancur, semua impiannya, sekarang ia harus menghabiskan sisa hidupnya di dalam sel. Rasanya begitu sakit ketika satu-satunya orang yang ia harapkan percaya padanya malah menentangnya di pengadilan, airmata secara perlahan menuruni pipinya, semakin deras hingga ia terisak.
"Mama!" desisnya lirih, "aku butuh mama," tangisnya, "tolong kuatkan aku ma....!" ia menangis tersedu sendirian, hanya di temani dinding yang dingin.
* * * * *
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H