"Aku hanya butuh istirahat!"
"Liana....!"
"Aku tidak membutuhkan dokter!" tegasnya meski suaranya masih sedikit lemah, akhirnya Nicky membawanya ke kamar, mendudukannya di ranjang. Ia menatap dalam ke mata istrinya, rasa penasaran masih menjalar di nadinya. Kenapa Liana bisa bereaksi seperti itu terhadap pak Candra? Ia ingin segera bertanya, tetapi sepertinya Liana masih butuh waktu untuk menenangkan diri. Maka iapun berjalan ke lemari untuk memungut gaun tidur istrinya dan sebuah handuk. Ia menoleh Liana,
"Kau mau mandi, biar ku atur dulu suhunya. Mungkin itu bisa membuatmu sedikit lebih segar?"
"Boleh!" sahutnya pelan, Nicky berjalan ke arah kamar mandi, ia berhenti untuk menaruh baju tidur istrinya di atas meja dekat pintu kamar mandi, setelah itu ia menghilang di kamar mandi. Liana mendengar suara kucuran air dari shower, cukup lama Nicky di dalam sana. Memberi waktu bagi Liana untuk memahami apa yang terjadi padanya tadi.
Nicky melangkah keluar, rupanya ia sudah menanggalkan setelan suitnya, dan hanya mengenakan handuk. Tubuhnya terlihat segar oleh air yang baru saja mengguyurnya. Aroma wangi sabun langsung menyebar ke seisi ruangan, membuat Liana juga tak sabar ingin melarikan diri ke kamar mandi. Tetapi saat menatap suaminya yang bertelanjang dada, itu malah membuat darahnya mendesir, dia jauh terlihat lebih tampan jika begitu, apalagi kotak-kotak di perutnya yang berotot. Tetapi saat ini pikirannya sedang terbelah, memikirkan suatu hal yang sangat ingin ia bicarakan dengan suaminya saat ini. Tapi mungkin ide Nicky bisa di ambilnya, yaitu menyegarkan diri di bawah kucuran air hangat. Iapun berdiri ketika Nicky sedang sibuk di depan lemarinya. Cukup lama dirinya mengguyur tubuhnya untuk menyegarkan pikiran.
Ketika keluar hanya dengan handuk, Nicky sedang duduk di depan meja menatap layar laptopnya, sebuah dokumen berada di salah satu tangannya, sesekali pandangannya beralih ke dukumen itu lalu kembali ke layar. Liana cuek saja, ia memakai gaun tidurnya di sana. Kenapa malu, mereka kan suami istri, toh juga sudah beberapa kali bercampur. Ia kembali ke kamar mandi untuk mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Suara bising mesin rambut itu sempat membuat Nicky menoleh ke arah kamar mandi.
Saat kembali keluar kamar mandi, Liana sedikit terkejut karena sekarang Nicky sudah duduk bersandar di ranjang. Membaca sebuah buku tebal, ia melirik ke arah istrinya yang berjalan ke arahnya, iapun menutup buku itu dan menaruhnya.
Liana duduk di tepi ranjang, Nicky memperhatikannya, ia tahu istrinya akan membicarakan soal kejadian malam ini di pesta tadi.
"Maaf ya, aku mengacaukan pestamu!" sesalnya, "tidak usah memikirkan itu, aku justru khawatir dengan keadaanmu. Kau mau memberitahuku?" sahut Nicky.
Liana mengangkat wajah ke arah suaminya, "apakah nama pria tadi itu.... Candra Suryo Aditomo?" tanya Liana tiba-tiba, Nicky tercengang, darimana istrinya tahu nama lengkap orang itu? Nicky menatapnya dengan tatapan aneh sekarang.