Mereka bertatapan mesra, Nicky membawanya bergerak secara halus karena mengetahui kondisi kaki istrinya. Menatapnya dengan lebih lembut, Liana memandang wajah blesteran suaminya, wajah Nicky lebih cenderung mengikuti darah bulenya di banding Rey yang mamanya adalah orang Indonesia asli. Bagaimana tidak, William dan istrinya orang Inggris tulen, anak-anak mereka tentu saja juga, tetapi mamanya Nicky masih berdarah campuran. Jadi tentu saja darah pribumi Nicky hanya beberapa persen saja.
Perlahan Liana menyandarkan kepalanya di bahu suaminya, menikmati dansa mereka. Mereka diam hingga beberapa menit sampai Nicky lebih dulu memecah kesunyian.
"Liana, apakah kakek pernah cerita padamu tentang nenek?" tanyanya, "sedikit, kakek tak terlalu banyak cerita soal nenek!" sahutnya. Ia rasakan Nicky menghela nafas.
"Tentang keadaan nenek?" Liana menggeleng di pundaknya, "kau tahu, nenek pernah mengalami kecelakaan mobil. Salah satu kakinya terpaksa harus di amputasi!" Liana membuka mata mendengar hal itu,"tapi...., "Nicky terdiam sejenak, "tapi kakek tak pernah malu membawanya kemanapun, termasuk ke acara seperti ini. Kau tahu kenapa?"
Liana diam saja, tapi ia menunggu alasannya yang akan Nicky ungkap kepadanya, "karena kakek sangat mencintai nenek!" desis Nicky dengan suara tertahan, seperti menahan tangis, "lebih dari apapun!" tambahnya, Liana mengangkat kepalanya perlahan. Membawanya menemukan wajah suaminya kembali, di lihatnya ada satu alur anak sungai di pipi kanan Nicky, berawal dari ujung matanya. Liana mulai mengerti apa yang di ucapkan Nicky, tetapi kenapa dia menceritakan bagian itu padanya? Apakah hal itu juga berlaku padanya? Bahwa dia juga sangat mencintai istrinya, yang tidak lain adalah dirinya sendiri.
Liana mengusap anak sungai itu dari wajah suaminya, dengan perlakuan Nicky selama ini, dan juga tindakannya yang memutuskan menikahinya seharusnya itu sudah menjadi bukti nyata.
"Maafkan aku!" ungkap Liana dengan mata mengambang, "seharusnya aku tidak meragukanmu, seharusnya....!" buliran bening juga mengalir di pipinya, "aku lebih percaya dengan suamiku ketimbang orang lain, maafkan aku!"
* * *
Selesai berdansa Nicky mengajak Liana beristirahat, mungkin dia lelah terlalu lama berdiri. Maka iapun mengajaknya duduk di sebuah meja, mengambilkannya minum.
Sebenarnya selama semua itu berlangsung ada seseorang yang merasa hatinya panas, ia terus berfikir mencari cara untuk bisa menciptakan celah di antara keduanya.
Sementara, ada sepasang suami istri. Rekan bisnis Nicky yang belum lama bergabung menjalin kerja sama, sekitar baru satu tahun Nicky menerima kerja sama yang di tawarkan perusahaan yang tergolong baru itu. Mereka menghampiri meja tempat Liana dan Nicky duduk, menyapa dengan halus khas daerah asal mereka.