"Kau yakin?"
Liana mengangguk, meski berat Nicky akhirnya membiarkan Liana pergi sendiri.
Ivana melihat Liana menyingkir dari sisi Nicky, iapun segera mengikutinya. Sebelum Liana mencapai toilet ia berhasil meraih lengannya, membalikan tubuhnya dan mendorongnya ke tembok.
"Arghhh!" seru Liana yang merasa punggungnya sakit karena terbentur tembok, ia hampir saja roboh tetapi untunglah ia bisa menyeimbangkan tubuhnya. Ia menatap orang di depannya yang telah berbuat kasar terhadapnya,
"Ivana?"
"Kau jangan merasa senang dulu ya, karena berhasil merebut Nicky dariku. Aku tidak akan membiarkan itu berlangsung lama!"
"Apa?"
"Seharusnya kau itu berkaca, kau tidak pantas untuk Nicky. Asal-usulmu saja tidak jelas, apalagi....sekarang kau pincang. Apa kau tidak tahu, banyak mata yang memperhatikan kalian. Apa kau tahu artinya itu?" seru Ivana, Liana tak menjawab.
"Kau membuat Nicky malu dengan keadaanmu, seharusnya Nicky bisa mendapatkan yang jauh lebih sempurna!"
"Maaf Ivana, aku terburu-buru!" seru Liana hendak beranjak, ia sengaja tidak mau menanggapi wanita itu, "eh, tunggu!" Ivana menahan lengannya.
"Jangan kabur kalau aku sedang bicara, dengar ya....aku akan membuat Nicky kembali padaku dan menendangmu kembali ke jalanan!" ancamnya lalu berbalik dan kembali ke ruang pesta. Liana tertegun sejenak, ia tak berfikir sampai sejauh itu bahwa Ivana akan membayangi rumah tangganya dengan Nicky.