Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Merah Putih di Dada Kakek

12 Agustus 2015   16:07 Diperbarui: 12 Agustus 2015   16:17 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kakekku anggota PKI, dia bahkan meninggal di dalam penjara oleh hukumannya. Dan sekarang...kami harus merasakan dampaknya pula. Nenek selalu membelanya, tapi aku tak bisa membenci nenek seperti aku membenci kakek. Karena bagaimanapun nenek selalu menguatkan aku, nenek selalu bilang....kakek adalah orang baik, kakek adalah pahlawan. Dan itu sedikit membuatku tak mau menghiraukan apa kata orang.

Setelah nenek pergi, rumah terasa lebih sepi. Aku tidak lagi mendengar nama kakek di sebut, tapi justru di saat itulah....aku merasa dadaku seperti berlubang, saat ku sentuh, terasa perih.

Aku jadi merindukan nenek, sosok nenek yang tegar meski mendapat hujatan. Ku masuki kamar nenek yang sempit, pengap, dan sudah mulai di huni beberapa tarantula di setiap sudutnya. Kusapukan mataku ke seisi ruangan, ada dipan yang di alasi kasur yang sudah menipis, tempat dimana nenek berbaring seraya menyebut nama kakek.

Aku melangkah ke arah lemari nenek yang sudah usang, 4 tahun lalu sebelum nenek meninggal. Nenek pernah berpesan,

Singgahlah ke kamar nenek, jika kamu ada waktu. Tolong buka lace lemari nenek!

Karena setelah itu nenek meninggal, kami berduka dan lupa dengan pesan itu. Aku baru ingat 2 hari lalu, itu sebabnya sekarang aku datang untuk memenuhi permintaan terakhir nenek untukku.

Ku buka laci lemari nenek, di sana ada dua laci. Laci pertama, aku hanya menemukan beberapa peralatan bedak nenek yang entah sudah berapa umurnya, beberapa alat jahit tangan, yaitu benang, jarum, gunting, pita. Lalu ku tarik laci kedua, ada tumpukan buku, ku pungut semua dan ku bawa ke meja usang di ruangan itu. Ada Al-qur'an yang biasa nenek gunakan untuk mengaji, surah Yasin, beberapa buku pustaka yang pernah ku baca dan....sebuah buku usang yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

Buku bersampul coklat tua berbahan kulit, dengan kertasnya yang berwarna coklat kekuning-kuningan, mungkin karena sudah terlalu tua makanya jadi menguning. Buku itu cukup membuatku penasaran, apakah nenek memintaku membuka lacinya untuk buku ini?

Ku pungut dan ku lupakan yang lainnya, ku lepas ikatan pita yang melingkar dj badan buku itu. Ku tiup debu yang menyelimutinya, jantungku mulai berdegub, ini aneh, tanganku gemetaran bak hendak membaca surat cinta, atau surat PHK dari kantor. Aku menghembuskan nafas panjang untuk mengurangi rasa gugup itu, tanganku mulai membuka sampulnya.

Ada nama nenek dan kakek.

Muhammad Teguh Purnomo & Ratih Purwanti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun