"Ikut?"
"Ada pesta ulang tahun pernikahan salah satu rekan bisnisku, aku ingin datang bersama Liana. Ku harap dia sudah siap ketika aku pulang..., sedikit lebih awal!"
"Jangan khawatirkan itu, bisa ku atur!"
* * *
"Tolong....., tolong......," Suara itu kembali terdengar, langkah kecil dari kaki bocah perempuan yang menerabas semak dan pepohonan. Kali ini semuanya terlihat jelas, wajah bocah itu, wajah orang yang mengejarnya, "tolong....., jangan...." bocah itu tejatuh, berbalik dan merangkak mundur.
Liana menggerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan, tubuhnya di banjiri keringat dingin. Nicky terlelap di sampingnya.
"Jangan....., jangan....., tolong.....!" bocah itu menggeleng dengan banjir airmata, isakannya terdengar jelas.
"Jangan, argghhhhh.....!"
Liana kembali tersentak dari tidurnya, ia bangkit duduk seketika mengagetkan Nicky oleh teriakannya. Nafasnya terengah-engah sekali, ia terlihat sangat ketakutan.
"Liana, ada apa?" tanya Nicky, Liana tak sanggup menyahut karena airmatanya berceceran kemana-mana seraya tersedu, "kau bermimpi lagi?"
Liana hanya menangis, kali ini mimpi itu begitu nyata.