"Apa itu!"
"Jal, aku bermimpi!"
Rizal terdiam lalu tertawa ringan, "mimpi itu biasa apa yang kau takutkan!"
"Karena mimpiku tidak biasa!" Â
"Apa maksudmu?"
"Aku memimpikan seorang anak perempuan, dia berteriak minta tolong sambil berlari. Seperti ada yang ingin menyakitinya, lalu....ada hal lain juga. Anak perempuan itu minta ampun pada Romonya, seperti sedang di hukum. Dan....dia juga terlihat begitu dekat dengan eyangnya....aku tidak mengerti, kenapa mimpi itu datang padaku belakangan ini!" Rizal masih diam.
"Nicky bilang...., mungkin itu bagian dari masalaluku dan itu membuatku takut!" akunya, Rizal memandang Liana.
Apakah mungkin....ingatan Liana mulai pulih? Tapi mbah Dirjo bilang....mantra itu bisa menghapus ingatannya selamanya!
"Jal!" seru Liana menyenggol bahunya, "ya!" sahutnya tersentak, "kenapa kau menatapku seperti itu?" tanyanya,
"Mungkin....itu hanya mimpi belaka!"
"Hanya mimpi, Jal. Biasanya jika ada sesuatu kau selalu mendukung untuk mengungkapnya, tapi kenapa sekarang...kau terkesan menyembunyikan sesuatu dariku?"