"Kemarin sore!"
"Liana, kau bilang saat kau terbangun di jalanan 14 tahun lalu. Kau tidak ingat apapun dari masalalumu kan?" seru Nicky, Liana mengangguk. Nicky memandangnya semakin dalam, "mungkin...., mimpi itu....adalah kepingan dari masalalumu!"
"Masa laluku?"
"Selain anak perempuan itu ada siapa lagi dalam mimpimu?"
Liana diam untuk mnegingat, "ada seorang pria, anak itu memanggilnya Romo. Dan pria lainnya yang di panggil eyang! Menurutmu....anak perempuan itu aku?"
"Mungkin saja, mungkin....ingatanmu mulai pulih!"
Liana malah terlihat ketakutan, seharusnya ia bahagia.
"Masalaluku?" desisnya, setitik airmata menetes lagi. "tidak perlu takut, kita akan mencari tahu bersama!"
"Tapi....aku tidak tahu kenapa, aku justru takut mengetahui masalaluku. Dalam mimpiku.....gadis kecil itu minta tolong, pasti ada sesuatu yang mengerikan yang terjadi!" cemasnya.
Perlahan tangan Nicky merangkak naik, ia berhenti satu jengkal dari pundak Liana. Tapi akhirnya ia mendaratkan tangannya juga di pundak wanita itu, menariknya ke dadanya.
"Jangan takut, apapun yang terjadi....kau tidak sendiri!" desis Nicky, dan airmata Liana tumpah semakin deras membasahi piyama Nicky. Itu masih jam 3 dini hari, ketika mimpi itu kembali muncul dalam tidur Liana.