"Itu hanya kekhawatiranmu saja, sudahlah jan...!"
Kalimat Sinta terhenti ketika seseorang menyenggol Liana hingga jatuh ke lantai. Barang yang di bawanya pun berjatuhan, Sinta menggendong Johan yang tertidur sehingga tak bisa membantu. Sementara Rizal yang hendak membantunya kalah cepat dengan orang yang menabrak Liana. Orang itu sudah lebih dulu membantu Liana berdiri,
"Maaf, kau tidak apa-apa?" ia jadi cemas karena melihat Liana berdiri dengan limbung, "aku tidak apa-apa!" jawab Liana. Orang itu juga memunguti barang-barang Liana dan memberikannya pada pemiliknya. "maaf ya, aku benar-benar minta!" katanya menatap Liana. Liana tersenyum,"tak apa!"
Pria itu terus menatap Liana dengan tatapan lain, dan Rizal mengenali tatapan seperti itu. Dia sering menatap Liana seperti itu, tapi secara diam-diam.
Karena tahu pria itu masih memandangnya maka Lianapun mulai berjalan kembali, dan mata pria itu mengikuti kemana Liana melangkah dengan pincang. Ia jadi khawatir, apakah wanita itu pincang karena terjatuh tadi atau....
Dering telepon membuyarkan lamunannya, ia mencari sumber suara yang ternyata berada di lantai. Hpnya yang terjatuh, untung saja tidak hancur karena di bungkus sarung leather. Iapun memungutnya dan menerima panggilan itu, tadi memang ia sedang menelpon saat menabrak wanita itu.
"Halo, maaf tadi sedikit masalah!"
Rizal melamun di dalam mobil, "Jal, ada apa?" tanya Liana. "aku seperti...pernah melihat pria itu!"
"Benarkah?"
"Entahlah, mungkin....saat aku mengantar Nicky ke beberapa acara!" alihnya, Rizal kembali fokus mengemudi tetapi ia tetap memikirkan orag itu.
* * *