"Tidak begitu juga, tapi setidaknya kita bisa terlihat cantik di depan suami!"
"Tapi gaya hidup seperti ini tidak cocok denganku, kau lihat saja daftarya. Semua perawatannya super mahal!"
"Apa yang kau takutkan, kau istri dari seorang Nicholas Harris. Dan kau tahu betul sebesar apa itu Harris Group!"
Liana terdiam, tapi tetap saja ia tak nyaman dengan gaya hidup seperti itu. Ia jadi merasa seperti wanita yang suka menghambur-hamburkan uang.
Setelah dari sana, mereka menjemput Johan lalu berbelanja beberapa pakaian. Sinta cukup jeli memilih baju ataupun gaun, bisa memperhitungankannya. Sebenarnya Liana tak mau memungut begitu banyak, tapi Sinta membujuknya. Siapa tahu nanti dia akan membutuhkan pakaian-pakaian itu, seperti menghadiri acara pesta mungkin?
Dan sekarang waktunya makan siang, Rizal ikut bergabung. Liana memutar-muta hp di tangannya, bertingkah seperti orang kebingungan. Sinta memperhatikan sikapnya, "Li, kau kenapa?" tanyanya.
"Haruskan aku menelpon Nicky?"
"Apa?"
"Aku ingin menanyakan apakah dia sudah makan siang, jika terlalu sibuk biasanya dia tak memperhatikan pola makannya. Belakangan ku lihat dia sibuk sekali dengan urusan kantor!"
"Kenapa kau tanya padaku, dia kan suamimu bukan suamiku. Ya telpon saja, itu jstru bagus!"
"Tapi....!"