Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tempat Terindah #23 ; Bantu Aku Melupakanmu!

12 Juli 2015   18:35 Diperbarui: 12 Juli 2015   18:37 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Kalau begitu seharusnya kamu tabrak saja aku sampai mati!" sahut Alisa melepaskan secera kasar lengannya dari tangan Lucas. Lalu ia berjalan cepat menuju pintu keluar, membukanya. Tetapi pintunya terkunci dan kuncinya juga tidak tergantung di lubangnya, ia memutar-mutar gagangnya berkali-kali.

Lucas menghampirinya tanpa suara langkah kaki, ia memasukan kunci ke lubangnya dan membuka pintu itu. Setelah pintunya terbuka ia menyodorkan tas Alisa kepada pemiliknya, "kamu meninggalkan sesuatu!" katanya.

Alisa melirik lalu memungutnya, "kapanpun kamu butuh sesuatu, tanganku akan selalu terbuka!" desis Lucas, meski ia tahu wanita itu tidak akan mungkin datang padanya untuk meminta bantuan meski dia membutuhkannya. Tapi ia sudah berjanji akan selalu ada untuknya, meski tanpa di minta.

Tanpa ada kata lagi, Alisa melangkah meninggalkan tempat itu. Lucas masih berdiri di pintu menatapnya, berharap Alisa akan menoleh padanya. Mungkin memberinya sedikit harapan, meski ia tahu wanita itu tidak akan pernah menoleh. Apalagi memberinya harapan.

* * *

Setelah keluar dari gedung apartemen itu, Alisa menoleh dan mendongak ke atas. Ia tahu Lucas tulus padanya, tapi tetap saja ia tak mau ada hubungan apapun dengan pria itu. Pria yang pernah menghancurkan hidupnya. Ia kembali melangkah dengan perlahan.

Sesampainya di depan rumahnya, Alisa menghentikan langkah. Ridwan sudah berdiri di teras rumahnya. Lama keduanya terpaku, hanya hembusan angin malam dengan jiwanya yang dingin yang menyapa. Mewakili kata yang mungkin ingin terlontar. Alisa melihat ada sebuah rasa bersalah yang tersirat di mata pria itu.

Alisa kembali melangkah melewati Ridwan, ia tak berniat menyapa. Tapi Ridwan akhirnya membuka suara saat wanita itu mencapai pintu, "Alisa, aku ingin bicara!"

Alisa terdiam, tapi ia masih tak menoleh.

"Kita perlu bicara!"

"Tak ada lagi yang perlu di bicarakan, semuanya sudah jelas. Memang seharusnya kita berpisah!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun