Alisa membuka mata perlahan, langit-langit di atasnya mulai jelas terlihat. Ia menyapukan matanya ke sekeliling ruangan itu, ia berada di sebuah kamar tapi itu bukan kamarnya. Iapun bangkit, kamar itu cukup mewah tapi bergaya klasik.
Ia menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, meluncur turun dari ranjang. Celingukan hingga matanya menemukan sosok di dalam pigura, ia berjalan memungut benda itu.
"Lucas!" desisnya, jadi ia berada di rumah Lucas. Bagaimana bisa? Alisa meletakan kembali benda itu di atas nakas. Sekali lagi ia menyapukan matanya ke seisi ruangan itu sejenak, lalu berjalan ke pintu. Setelah di depan pintu kamar itu, ia terdiam.
"Kamu sudah sadar?"
Suara itu membuatnya menoleh, "Lucas!" desisnya. "tadi aku hampir menabrakmu, untung saja aku bisa menghentikan mobilku sebelum sampai padamu. Tapi....kamu malah pingsan duluan!" jelasnya.
"Aku mau pulang!"
"Maaf, aku tidak bisa membiarkan kamu pulang dalam keadaan seperti ini. Kalau kamu pingsan lagi di jalan bagaimana?"
"Itu bukan urusanmu kan?"
"Aku tahu aku sudah berjanji padamu bahwa aku akan menjauh jika melihatmu, tetapi....sepertinya Tuhan berkendak lain. Dia mempertemukan kita dalam keadaan seperti ini. Lalu apa kamu pikir aku akan meninggalkanmu pingsan di jalanan?" katanya seraya duduk di sofa, meletakan makanannya di meja.
"Kamu bisa mengantarku pulang atau membawaku ke klinik, setelah itu pergi!"
"Aku tidak tahu dimana alamat rumahmu yang sekarang, dan seteleh ku periksa kamu tidak apa-apa. Jadi tidak perlu di bawa ke klinik, meski saat menemukanmu. Keadaanmu cukup mengenaskan!"