Novel sebelumnya ; Inheritance
Cerita sebelumnya ; Â Prologue
Liana sudah sibuk menyiapkan sarapan di meja makan seperti biasa, William berjalan ke arahnya dengan di tuntun oleh Jaya. Liana menoleh dan langsung menghampirinya, "pagi kek!" sapanya seraya membantunya hingga duduk di kursi padahal dirinya sendiri berjalan pincang. Â
Sekarang ia memang sudah tak membutuhkan tongkat lagi setelah operasinya yang terakhir, tapi tetap saja kakinya tak boleh terlalu lelah. Ia bahkan harus kontrol ke rumah sakit jika ada keluhan. Kata dokter tulangnya belum pulih total jadi tetap harus di jaga dengan baik.
Liana menuang teh hijau untuk william, menyodorkannya dengan lembut lalu memungut beberapa sendok sereal sehat ke mangkok. Menuangkan susu murni dan madu ke dalamnya, lalu di campur lagi dengan sedikit air panas. Mengaduknya hingga tercampur rata dan memberikannya pada William untuk sarapan pagi. Dokter bilang makanannya harus benar-benar di jaga demi kesehatannya. Liana ikut duduk dan meminum tehnya sendiri, suara langkah kaki menghampiri ruang makan itu. Liana menoleh, Nicky sudah rapi dengan pakaian kantornya. Setelan itu dirinya yang menyiapkannya ketika Nicky sedang mandi, tak di sangka ternyata di pakai juga. Liana tersenyum dalam hati.
"Pagi kek!" sapa Nicky.
William menatap cucunya yang langsung duduk dan mengangkat cangkir kopinya, menyeruput isinya.
"Kau baru saja menikah kemarin dan sekarang sudah mau meninggalkan istrimu untuk urusan kantor?" keluh William.
"Kakek tahu sendiri banyak pekerjaan yang ku tunda, hari ini ada meeting direksi. Tidak bisa di wakilkan, kecuali jika kakek ingin Harris Group gulung tikar!" tukasnya.
"Kalian tak berencana pergi bulan madu?" pertanyaan William kali ini membuat Nicky berhenti mengunyah rotinya, begitupun Liana. Keduanya diam saling menatap. "mungkin lain kali kek!" sahut Nicky.
* * *