"Kamu mendengar semuanya kan, tapi kenapa kamu tak mengatakan apapun!"
"Kamu mau aku bicara apa?"
"Kamu tidak marah?"
"Kenapa aku harus marah?"
"Karena ternyata aku sangat jahat, aku sungguh tak pantas kamu cintai. Kamu terlalu baik untukku, Ryan!"
"Aku tak menganggap diriku baik, lalu apa hakku menilai apakah kamu jahat atau tidak!"
Cheryl tertegun, ia memutar kepalanya menatap Ryan.
"Batas antara baik dan jahat itu sangat tipis, orang baikpun bisa melakukan kejahatan dan terkadang....orang jahat juga bisa melakukan kebaikan yang tak kita duga. Dan....aku mencintai kamu bukan karena kamu baik atau jahat, cinta itu....tidak di ukur hanya sebatas sifat dan sikap!" Ryan menghela nafas, sementara mata Cheryl mulai sembab.
"Aku tidak keberatan jika kamu masih mmebutuhkan waktu untuk bisa mencintaiku, tapi kamu harus tahu....bahwa aku akan selalu ada untuk kamu. Tidak peduli bagaimanapun keadaannya!"
Cheryl menunduk, airmata mulai mengalir deras di pipinya. Ryan menyadari itu, "hei, ada apa?" Cheryl tersedu, ia menggeleng pelan lalu memandang Ryan sejenak sebelum menjatuhkan dirinya ke tubuh Ryan yang masih menyetir.
"Maafkan aku....maafkan aku....!" desisnya.