"Nggak apa-apa kok kak Jerry, nggak usah di perpanjang!"
"Kenapa sih kamu selalu begitu, di jaili anak-anak klub basket diam saja, sekarang lukisan kamu juga di rusak kamu juga bilang nggak apa-apa. Kenapa kamu nggak melawan?"
"Kenapa aku harus melawan, tidak semua kejahatan harus di balas dengan hal yang sama. Lagipula aku tidak menganggap itu hal yang jahat. Keisengan itu kan biasa!"
Jerry diam memandanganya, ia semakin kagum dengan gadis itu. Bagaimana mungkin ia memiliki hati seperti itu?
"Ya udah kak, aku buru-buru!"
"Kamu mau kemana, aku anter ya?"
"Nggak perlu kak, terima kasih. Tapi...aku sudah ada janji sama teman!" tolaknya.
"Oh!"
"Aku duluan ya kak!"
Jerry memandang gadis itu menjauh darinya, sementara Sharon menggerutu melihat mereka ngobrol tadi.
Mawar berjalan menuju pintu belakang, tapi kali ini ia melewati gudang kosong yang jarang di lewati karena di tempat biasa masih agak ramai. Mungkin saja Dika juga sudah menunggunya di tempat biasa. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang meraih lengannya dengan kasar, melemparkan tubuhnya ke tembok hingga punggungnya terasa sakit akibat menghamtam tembok, "ah!" desisnya. Ia menoleh orang yang menariknya.