"Nggak usah, deket ini!"
"Aku temenin jalan, biar nggak sendirian!"
Setelah membeli koran Mawar mengajak Dika masuk karena masih pagi tentu saja paman Fahri masih di rumah. Dika celingukan di ruang tamu, perlahan ia hendak meletakan tubuhnya di sofa tapi sebuah suara menghentikannya.
"Siapa yang menyuruhmu duduk?"
Dika menoleh ke arah suara itu, "eh, pagi paman!" sapanya. "hem!" hanya itu sahutan Fahri seraya duduk. Ia memungut koran di meja yang sudah tersedia bersama secangkir kopi.
"Duduk, ada keperluan sampai bertamu sepagi ini?" tanya Fahri. Dika mendudukan diri, "eh....itu...anu paman!" Â
"Ah eh ah eh, bicara yang benar!" hardiknya tanpa meninggalkan pandangannya di surat kabar yang di pegangnya. "itu...tadinya, mau mengajak Mawar jalan pagi!"
"Sampai harus meronda semalaman, mau jadi hansip kamu! Yah....nggak apa-apa deh. Jadi nggak perlu bayar!"
Dika hanya nyengir saja.
"Tet...tet...tetttttt.....!" Sharon menekan klakson beberapa kali untuk memanggil kakaknya. Terlihat Ricky berjalan dari dalam rumah menuju mobilnya.
"Ih, nggak sabaran banget sih. Lagian ngapain berangkat pagi-pagi, emangnya kamu ada kelas pagi?"