Suara Ridwan memutus langkahnya, tapi ia tak menoleh. "mungkin....!" desis Ridwan yang langsung di potong olehnya.
"Cukup Wan, jangan katakan apapun. Pertemuan kita sore ini adalah sebuah kesalahan!"
"Keasalahan, apakah cinta yang kita miliki juga sebuah kesalahan? Kita lebih dulu memilikinya sebelum Nadine hadir!"
"Aku ingin sendiri!" sahut Alisa menghindari percakapan itu seraya melangkah pergi. Dan kali ini Ridwan tidak menghentikannya, mungkin sudah saatnya memberi tahu Nadine tentang masalalu mereka. Mungkin Nadine akan sedikit mengerti.
* * * * *
Nadine menyetir dengan di banjiri airmatanya, bayangan Ridwan dan Alisa menari bersama dengan mesra masih berada lekat di matanya. Yang lebih menyakitkan mereka bisa berciuman seperti itu, bahkan selama ini Ridwan tak pernah menciumnya dengan hasrat seperti itu. Alisa memang seorang pribadi yang menarik, pribadi yang mudah membuat pria jatuh cinta padanya. Tapi tak seharusnya ia menyambut Cinta pria yang sudah menjadi tunangan sahabatnya. Ternyata mencari teman yang benar-benar baik itu sulit, bahkan wanita seperti Alisapun bisa berbuat setega itu padanya.
Cheryl tersenyum girang seraya mendudukan diri di sofanya, di tangannya segelas casanova siap menemaninya kemenangannya. Ia sedang membayangkan pertengkaran Nadine dan Alisa, ia tak perlu repot menghancurkan hubungan mereka. Karena api sudah tersulut dengan sendirinya, ia hanya perlu meniupkan kemana arahnya. Ia menyeruput minuman di tangannya perlahan. Suara tawa lembut keluar dari mulutnya, rasanya sebentar lagi ia bisa meraih bendera kemenangan. Tapi suara bib dari hpnya membuatnya harus memungut benda itu yang berada di meja di depannya.
Iapun membesarkan bola matanya ketika melihat nama di layar hpnya. Senyuman bahagianya hilang seketika.
Ridwan mencoba menghubungi Nadine, tapi dari puluhan telepon ynag ia tujukan tak satupun di sahut oleh wanita itu. Ridwan memang tak mencoba menghubungi nomor rumahnya, untuk sementara orang tua Nadine tak perlu tahu permasalahan mereka.
Berbeda dengan Ibunya, "Ridwan, apa yang terjadi?" tanya Dewi ketika putranya baru saja memasuki rumah. "apa maksud Ibu?"
"Ratna bilang, setelah kamu mengantar Nadine pulang. Nadine bergegas pergi keluar lagi dan pulang dalam keadaan yang buruk, dia menangis!"