Lucas masih duduk di kursinya, memandang dua cangkir coffelatte yang sama sekali tak terjamah. Sekarang ia adalah seorang pengacara yang mengabdikan dirinya untuk orang-orang tertindas yang membutuhkan bantuan hukum. Sejak ia menyadari apa yang ia lakukan terhadap Alisa cukup membuat wanita itu terpuruk, ia sudah menekatkan diri bahwa jika ia berhasil menjadi pengacara ia tidak akan menjadi pengacara yang mudah tergoda uang hingga tak mengenal mana yang salah dan mana yang benar. Ia berharap itu akan membuat dirinya merasa berguna jika ia bisa membantu orang lain.
Maaf yang Alisa berikan padanya memang membuat beban di dadanya meringan, tapi tetap saja ia masih merasa sesak. Tapi ia berharap suatu saat ia bisa melakukan sesuatu untuk wanita itu.
* * *
Alisa berdiri di balik jendela, memegang hpnya. Ia masih di hinggapi rasa tak menentu, ia tak ingin persahabatannya dengan Nadine yang baru saja mereka jalin harus berakhir. Puluhan kali ia ingin menghubungi nomor Nadine, tapi belum juga di lakukannya. Nadine pasti tidak akan mau menerima teleponnya saat ini. Akhirnya ia pun berjalan kek, melempar hpnya ke kasur dan membantingkan tubuhnya di situ pula.
Hari pementasan pun akhirnya tiba, semua sudah berkumpul untuk pementasan itu. Alisa sesekali melirik Nadine karena sedari datang tadi Nadine mendiamkannya, bahkan saat dirinya menyapa. Sahabatnya itu tak menyahut, hanya memandangnya nanar kemudian berlalu. Meski hatinya sedang tidak menentu tapi Alisa tetap sanggup berkonsentrasi dalam pementasan itu.
Ridwan duduk di bangku yang biasa ia duduki, tapi kali ini pikirannya tak lagi fokus ke arah Nadine. Melainkan Alisa, seperti beberapa tahun lalu. Ia akan menyaksikan Alisa menari dengan tatapan kagum, bahkan dulu ia pernah menjadi duet wanita itu. Dulu Ridwan juga pernah masuk sebuah sanggar karena sesungguhnya ia juga suka menari dan sempat ingin menjadi bolero profesional. Tapi sejak insiden yang menimpa Alisa yang membuatnya harus pindah ke Oxfort ia tak lagi meneruskan keinginannya. Ia lebih fokus ke kuliahnya untuk bisa meneruskan bisnis keluarga. Tapi tak di sangka, ia malah bertemu Nadine yang memiliki profesi yang sama dengan Alisa. Dan selama mereka menjalin hubungan Ridwan bahkan belum pernah memberitahu Nadine bahwa dulu dirinya juga seorang penari.
Alisa terlihat lebih sempurna sekarang, ia juga lebih menyatu dengan musik dan tariannya seolah ialah satu-satunya balerina yang sedang pentas.
Tepuk tangan meriah di berikan dari semua penonton setelah tariannya selesai, Bahkan setelah acara selesai madam Selfie mengumumkan sesuatu. Bahwa Nadine bukanlah satu-satunya penari utama di pementasan akbar nanti, tapi Alisa akan mendampinginnya. Hal itu cukup membuat Cheryl semakin panas, dan juga membuat Nadine makin tak nyaman.
Alisa membuka lokernya dan ia di kejutkan dengan beberapa kuntum bunga di sana. Ia tertegun, bunga itu? Adalah bunga kesukaannya, bunga cataleya. Ia memungut satu, memandanginya. Ia tahu siapa yang menaruh bunga itu di dalam lokernya, karena hanya orang itu yang tahu bunga kesukaannya. Sebuah senyum kecil tercipta di bibirnya, senyum bahagia yang juga menyelipkan segores rasa sakit saat ini.
Â
* * * * *