"Iya, aku menghubungi hpmu tapi tidak aktif!" sahut Nadine dengan nada sedikit kecewa, "maaf, aku tidak tahu hpku ada dimana. Mungkin ketinggalan di kantor, dan kalau nonaktif mungkin batrenya habis!"
"Oh.....!"
"Boleh aku masuk?"
"E-iya, kebetulan kami sedang sarapan. Apa kamu mau bergabung?"
"Kebetulan juga aku belum sempat sarapan!" Ridwan mencoba mencairkan suasana hubungan mereka yang di rasanya sedikit hambar belakangan ini, dan itu adalah ulahnya sendiri.
Saat bergabung sarapan dengan orangtua Nadine Ridwan kembali di hujami pertanyaan dari calon mertuanya itu. Untung saja Nadine ikut membantu seperti biasanya kalau tidak, ia bisa seharian mencari alasan dari setiap pertanyaan.
"Wan, aku mau tanya?" seru Nadine saat mereka dalam perjalanan ke sanggar, hari itu Ridwan sengaja menunda meeting pagi demi meluangkan waktu bersama tunangannya.
"Ya!"
"Menurut kamu.....Alisa itu wanita yang seperti apa?"
Ridwan sedikit tertegun dengan pertanyaan Nadine. Nadine memperhatikannya untuk menunggu jawabannya, "e....Alisa....kenapa, kamu tanya soal dia?"
"Setelah tante Sinta meninggal bukannya kamu sempat ngobrol beberapa kali sama Alisa, ya mungkin saja kamu bisa menilai dia seperti apa?"