Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tempat Terindah #14 ; Karena Dia Memang Ada

16 Mei 2015   04:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:58 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chapther 14

Ridwan menelpon Nadine dan mengatakan ada meeting mendadak, jadi tak bisa menjemputnya ke rumah dan mengantarnya ke sanggar, tapi setelah itu ia malah menghubungi Alisa dan minta bertemu secepatnya.


Perlahan Alisa melangkah ke bangku panjang di sebuah taman, Ridwan sudah duduk di sana. Menunggunya. Sebelum Alisa sampai padanya, Ridwan sudah menoleh lebih dulu dan langsung berdiri.


"Aku tahu kamu pasti datang!" girangnya dengan senyuman, tapi Alisa malah menatapnya aneh. "kenapa pagi-pagi begini minta ketemu di sini?" tanyanya.


Ridwan memutar pandangannya ke sekeliling, "kamu tentu masih ingat, kita sering menghabiskan waktu di sini!" desis Ridwan, "itu dulu!" sahut Alisa sedikit dingin. Ridwan menatapnya, dalam. Ia menghela nafas dalam dan menghembuskannya sebelum kembali bersuara.


"Kamu sungguh ingin kita berakhir begitu saja?" tanya Ridwan.

"Bukankah hubungan kita memang sudah berakhir, saat kamu memutuskan untuk pergi. Saat kamu menerima Nadine dalam hidupmu!"


Ridwan terdiam, memandang lekat mata wanita di depannya. Ia tahu wanita itu juga masih mencintainya, dan mungkin justru memiliki cinta yang lebih besar dari miliknya.


"Bukankah kamu masih menginginkan aku, Alisa?"

"Mungkin....., aku memang masih menginginkanmu. Tapi jika kita tidak di takdirkan bersama, bukankah kita tak bisa memaksa!"

"Jika kita tidak di takdirkan bersama, kita tidak mungkin bertemu lagi!"

"Keadaannya sudah cukup berbeda, kamu sendiri yang bilang kan!"

"Kenapa kamu cepat berubah, tempo hari kamu memintaku meninggalkan Nadine dan sekarang kamu meminta agar kita menjaga jarak?"

"Karena itu yang terbaik!"


Alisa melangkah dan duduk di bangku itu.


"Aku banyak berfikir....., aku sudah banyak melakukan kesalahan dan aku tak mau menambahnya lagi!"

Ridwan ikut duduk, "bukankah semua orang berbuat salah!" timpal Ridwan. "tapi tidak ada yang mau terus berbuat salah, bukankah seharusnya kamu menjemput Nadine?" akhirnya Alisa mengalihkan pembicaraan mereka.

"Kenapa kamu selalu menyebut Nadine saat kita bicara?"

"Karena dia memang ada, apakah aku harus menyebut orang lain?"


"Aku berfikir keras belakangan, dan sepertinya.....aku memilih bersamamu!"

Alisa menolehnya seketika, tapi ia tak mengucap apapun. "semakin hari....aku merasa semakin menginginkanmu. Aku sadar.....aku juga mencintai Nadine, tapi aku tidak mungkin memiliki kalian berdua kan?"
"Apa maksudmu?"
"Kamu yang memintaku memilih, awalnya.....memang sangat sulit. Aku tidak ingin melukai Nadine, tapi aku juga tidak mau kehilangan kamu. Mungkin akan lebih baik jika aku beritahu Nadine tentang kita!"

Alisa menggeleng pelan, "tidak, mungkin.....dulu aku memang sempat menyalahkan Nadine karena dia menggantikan aku di hatimu. Tapi aku sadar, itu bukan salah Nadine. Itu kesalahanku sendiri, akan lebih baik jika Nadine tidak pernah tahu tentang kita!"
"Itu tidak mungkin, kalian bahkan bersahabat. Cepat atau lambat Nadine pasti akan tahu,"
"Aku yang akan pergi!"
"Apa?"
"Aku akan pergi setelah kontes nanti!"

Sekarang Ridwan yang menggeleng, "tidak, tidak Alisa....kamu tidak boleh lakukan itu!" pintanya. "saat kamu pergi dulu, seharusnya aku sadar....bahwa kita memang tak di takdirkan bersama. Lagipula.....keluargamu tidak mungkin lagi bisa menerimaku kan!"
"Alisa.....!"
"Maafkan aku, seharusnya aku tidak mencoba memasuki kehidupanmu lagi. Seharusnya aku tak memaksamu untuk memilih antara aku dan Nadine, karena Nadine memang lebih pantas untukmu!"
"Tapi aku ingin bersamamu, aku.....aku tidak bisa kehilangan kamu lagi!"
"Lalu bagaimana dengan Nadine?"

Ridwan terdiam sejenak, "aku pikir.....Nadine akan lebih mudah mendapatkan penggantiku!" desisnya, Alisa menatapnya dalam, dan tatapan itu akhirnya mengandung sebuah kekecewaan. "maksudmu..... Nadine lebih mudah mendapatkan penggantimu ketimbang aku.....karena aku-pernah menjadi pecandu narkotika? Karena aku....pernah mendekam di panti rehabilitasi......karena aku....!"
"Alisa bukan begitu!"
"Aku tak menyangka kalau kamu bisa berfikir seperti itu?" mata Alisa memerah, kaca-kaca tipis muncul di sana dan mulai mengalirkan buliran bening di pipinya. "jadi.....kamu memilih aku karena kamu kasihan sama aku!"
"Alisa....!"
"Aku tidak butuh belas kasihanmu!"
"Alisa aku.....!"

Alisa bangkit dari duduknya, "aku tidak butuh itu, kamu berubah Wan. Kamu berubah!" desisnya lalu melangkah pergi sementara Ridwan masih terpaku di sana. Ia tak bermaksud menganggap Alisa seperti itu tapi mungkin ia memang mengucapkan kata yang salah. Ia sungguh tak bermaksud membandingan Alisa dengan Nadine.

*****

Cheryl menghampiri Nadine yang sedang menaruh tasnya di loker, "tumben kamu nggak bareng sama Alisa. Biasanya nempel terus!" cibirnya. Nadine tersenyum, "Alisa bilang ada urusan, jadi kami tidak berangkat bersama!"
"Begitukah!" ragu Cheryl, ia menatap Nadine dengan sorot kasihan. "ehm....kamu memperhatikan sikap Alisa belakangan tidak. Terutama saat bertemu dengan tunanganmu?"
Nadine menatapnya.
"Apa kamu tidak curiga kalau Alisa itu....menyukainya!"
"Apa maksudmu?"
"Kamu tidak memperhatikan sikap mereka setiap kali bertemu, sepertinya....mereka menjalin hubungan di belakang kamu. Kasihan.....!"
"Jaga bicaramu Cheryl, jangan sembarangan menuduh orang!" kesal Nadine.

Cheryl malah tertawa membuat Nadine jadi bingung, "kamu itu bodoh sekali ya, seharusnya kamu bisa lebih peka. Perhatikan cara Alisa dan Ridwan bertatapan, dan.....pastikan kalau pagi ini Alisa tidak menemui Ridwan!"
"Apa!"
"Saat aku berangkat tadi.....aku seperti melihat mereka sedang berdua di taman yang tak jauh dari sini itu. Ya.....semoga saja penglihatanku salah!" kata Cheryl lalu menyingkir, ia tersenyum puas dengan ekspresi Nadine. Sepertinya Nadine mulai termakan ucapannya, dan itu awal yang bagus.

Cheryl bergabung dengan Naya, "kamu terlihat senang, ada apa?" tanya Naya penasaran. "aku memang sedang senang dan sepertinya.....itu akan berlangsung lama!" sahutnya masih dengan senyuman. Naya memang dekat dengan Cheryl, tapi secara pribadi Cheryl juga termasuk orang yang tertutup.

Saat break Nadine mencoba bertanya pada Alisa dengan hati-hati, "Alisa....tadi pagi....kamu jadi ke makam tante Sinta?" tanyanya. Alisa sedikit tertegun karena Nadine menanyakan hal itu, kenapa? "iya, tapi hanya sebentar setelah itu....aku ada urusan lain!"
"Apa?"
"Eh.....maaf, itu....aku tak bisa memberitahukan kamu sekarang!"

Jawaban Alisa membat Nadine sedikit curiga. Apakah yang di katakan Cheryl tadi itu benar, bahwa Alisa dan Ridwan saling menyukai di belakangnya? Itu rasanya.....sulit di percaya. Tapi ia masih menepis kecurigaan yang mulai muncul di hatinya, ia masih ingin percaya kalau Ridwan tidak akan mengkhianatinya, apalagi pernikahan mereka sudah dekat.

Alisa berlatih dengan sempurna sementara Nadine malah sedikit kehilangan konsentrasinya karena perkataan Cheryl. Cheryl sendiri tak mau kalah, ia sendiri juga ingin lebih sempurna dari yang lainnya untuk bisa meraih posisinya kembali.

Prestasi Nadine cukup membuat Miss. Anna kecewa, "Nadine apa yang terjadi padamu, kenapa belakangan kmau jadi menurun?"
"Maaf Miss, belakangan.....saya sedikit.....!"
"Jika kamu punya masalah, selesaikan dengan sehat dan profesional. Jangan sampai itu mengganggu karirmu!"
"Saya akan berusaha bersikap profesional!"

Miss. Anna menghela nafas dalam, "Ku lihat Cheryl dan Alisa justru lebih serius dari kamu, kalau kamu tidak mau posisimu di gantikan oleh salah satu dari mereka maka tingkatkan konsentrasimu!"

Nadine melirik Alisa yang sedang berlatih di antara yang lainnya, dia memang terlihat sangat serius dan perfect. Apakah Alisa juga punya ambisi untuk menggesernya? Pikiran Nadine malah mulai meracau kemana-mana.

*****

"Wan, kamu bisa jemput aku?"
"Menjemputmu.....eh.....!" Ridwan melirik arlojinya, "sepertinya aku tidak bisa, ada pertemuan penting dan tidak bisa di cancel. Maaf ya!"
"Oh....begitu," sahutnya dengan nada kecewa.
"Mungkin besok pagi aku bisa!"
"Nanti ada meeting mendadak lagi!" sindirnya,
"Sepertinya tidak!"
"Sepertinya?"

Nadine mulai menaruh curiga pada Ridwan, pagi ini Ridwan tiba-tiba tidak bisa menjemputnya dan sorenya juga. Ia mulai teringat kalimat Cheryl tadi pagi apalagi beberapa menit lalu Alisa pulang duluan.

"Ya sudah, aku pulang sendiri saja. Assalamu alaikum!"
"Waalaikum salam!"

Ridwan bahkan menjawab dengan santai dan menutup teleponnya begitu saja, tidak seperti biasanya yang akan berbasa-basi dulu dan malah melama-lamakan pembicaraan mereka. Nadine tidak minta di jemput oleh sopirnya, ia memilih untuk naik taksi saja. Saat melewati toko bakery Alisa ia minta sopir taksinya berhenti di halaman tempat itu. Dari dalam taksi ia bisa melihat orang-orang yang ada di dalam toko itu dan ia melihat Alisa di dalam sana sibuk membantu Ita dan Fitri. Jujur, itu membuatnya sedikit tenang karena Alisa tidak menemui Ridwan seperti kecurigaannya. Mungkin saja Cheryl hanya memanas-manasinya saja. Ia tahu kalau Cheryl memang tidak suka dengan Alisa sejak Alisa kembali ke sanggar.

"Jalan lagi saja pak!" pinta Nadine pada sopir taksinya.

*****

Ridwan memungut hpnya yang menerima sebuah pesan, ia sedang ada pertemuan dengan klien di sebuah restoran. Ia membuka pesan itu dan matanya langsung membelalak lebar, itu adalah foto dirinya sedang berpelukan dengan Alisa di depan rumah Alisa semalam. Dan nomor pengirimnya tak ia ketahui. Tapi ada pesan di bawah gambar foto itu.

Kartika Candra hotel, kamar nomor 105. Malam ini jam 8

Ridwan menggerutu menengangkan rahangnya. Sepertinya ia tahu siapa pelakunya, ia pun segera menutup ponselnya kembali. Foto itu adalah sebuah ancaman, tapi apa maksudnya dan kenapa?

**********

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun