Part 17
Medan......
"Kapten, bagaimana?" tanya Amar, ia dan dua orang lainnya yang masih berada di luar gedung. "Clear, tim 3 masuk!" seru Kapten Rizky yang sudah berada di dalam. Lalu ia mencoba menghubungi Danny yang berada di tim 2, penggerebekan itu di bagi menjadi 3 kelompok.
Terdengar suara tembakan beberapa kali, serangan juga di lancarkan Danny, Aditya dan Mayor Jonan. Mereka kembali berlindung di balik tembok setelah beberapa musuh tumbang, "mereka cukup banyak, Damn!" maki Aditya.
"Ku pikir kau pernah menangani yang jauh lebih berat di papua?" sahut Danny, "kali ini mereka sedikit membuat kita repot, aku tadi seperti mendengar tangisan bayi!" timpal Jonan.
"Bayi!" desis Danny,
"Itu terdengar samar tadi!"
"Mungkin saja Reiner menyimpan salah satu pelacurnya di sini!" sahut Aditya, Danny dan Jonan hanya tersenyum getir. Ketiganya meringis ketika mendengar tembakan mengarah ke mereka dan mengenai tembok tempat mereka berlindung.
"Huh...., let's get party!" seru Danny lalu memunculkan diri dan membalas serangan musuh, kedua temannya ikut membantu. Ketika Danny melangkah maju, Jonan dan Adit mengcovernya. Di lantai 3 ketegangan yang sama juga sedang berlanjut. Kapten Rizky, Andi dan Febrianto juga di serang puluhan anak buah Reiner. Sedang Amar dan dua lainnya memasuki gedung itu dengan tetap siaga meski sudah clear, musuh masih bisa bersembunyi di mana saja.
Penggrebekan itu memang sudah mereka rencanakan, mereka sengaja membuat musuh merasa aman sehingga lebih mudah di serang. Reiner Fernandes adalah gembong mafia dan narkotika yang memiliki jaringan besar hingga ke ranah international. Dia sudah lama menjadi incaran, tapi sejauh ini belum ada yang bisa menemukan tempat persembunyiannya sebelum kasus ini di serahkan pada tim Mayor Jonan yang menamai skuad mereka, Wild Ranger. Danny adalah salah satu anggota yang lihai berperan sebagai penyidik. Dia bisa melakukan apapun untuk bisa mendapatkan informasi dari targetnya. Melakukan apa yang di anggapnya benar meski kadang menuai protes.
Di sebuah kamar, Selina mendekap erat bayi laki-lakinya yang baru berusia 3 minggu. Bayi itu terus menangis, ia mencoba menenangkannya dengan menyusuinya. Airmata mengucur di pipinya, rasa takut merajainya. Ia hanya tak mengira akan terjebak dalam situasi seperti ini, sebelumnya ia tak pernah tahu siapa kakak iparnya itu. Tapi ia terlanjur mencintai dan menikahi adiknya. Lagipula suaminya bisa mencintainya apa adanya, meski dulunya ia hanya seorang pelayan klub. Dan lagi Reiner selama ini memperlakukannya dengan baik meski dia seorang penjahat besar.