"Op-operasi....?"
"Wajah!"
"Apa!"
"Wajahmu terluka, jika tidak di operasi itu akan buruk!"
Aku menatapnya tajam, ada airmata amarah yang mengambang di dalam mataku. Tapi sebelum aku mengumpat dia lebih dulu meraihku ke dalam pelukannya.
"Maafkan aku, harusnya aku tak melibatkanmu. Tapi kau tidak perlu khawatir, temanku sedang mengurus paspor dan identitas baru kita. Setelah itu kita akan pergi ke tempat yang lebih aman, dimana tak seorangpun bisa menemukan kita!"
Aku mendorongnya, "apa maksudmu?"
"Kita harus keluar dari negara ini, jika mereka tahu kita masih hidup mereka akan tetap memburu kita!"
"Mereka memburumu bukan aku!"
"Apa kau tidak mengerti, saat kau menyelamatkan nyawaku malam itu. Kau sudah melibatkan dirimu dalam masalah ini, suka atau tidak. Aku tak bisa membiarkanmu jauh dariku, itu akan berbahaya!"
"Lalu menurutmu aku akan aman jika bersamamu?"