"Aduh....kau berat sekali!" kesalku, sempat ku tepuk bahunya. Tapi aku harus menariknya keluar, mesmi aku tidak tahu bagaimana caraku menolongnya. Sekuat tenaga aku mengeluarkannya dan menjauhkannya dari mobil. Hanya itu yang ku tahu lebih dulu, aku semakin panik karena tempat itu cukup sepi. Jadi ku cegat saja taksi dan membawanya ke rumah sakit terdekat.
*****
Kakiku tak bisa berhenti bergerak saat duduk menunggu di depan UGD, juga ku gerakan tanganku. Saling menepuk pelan tanpa henti. Sekarang sudah lewat tengah malam, mana hpku mati lagi. Jadi aku tak bisa menelepon paman. Ku lihat ada dua orang pria bertubuh ....ya ala-ala bodyguard lah....berjalan ke arah UGD. Ku perhatikan orang itu yang berhenti di dekatku, menatapku pula.
"Maaf nona, anda yang membawa tuan Alan kemari?" tanya orang itu, aku hanya mengangguk perlahan. "bagaimana keadaannya?" tanyanya lagi.
"A...., aku....belum tahu. Dokter belum keluar tuh!" aku berdiri perlahan, "eh.....apa kalian....?" tanyaku dengan isyarat tangan dan orang itu mengerti. "saya Edie, tangan kanan tuan Alan!"
"Oh.... Begitu, jadi....karena kalian sudah di sini aku bisa pergi kan!"
"Mungkin lebih baik nona menunggu tuan membaik saja!"
"E...he....eh...., ku rasa tidak perlu. Jika aku tidak pulang, pamanku bisa memenggalku!" sahutku lalu aku berguman sendiri, "ini saja aku sudah pasti di kuliti!" lirihku seraya sedikit melengos dan meringis. Membayangkan apa yang akan paman lakukan padaku nanti.
"Kalau begitu biar salah satu di antara kami mengantar nona, ini sudah lewat tengah malam!" tawar Edie, "itu sungguh tidak perlu, aku....nanti pamanku malah bisa salah sangka!" tolakku, "permisi!" aku kabur saja, kalau ku layani terus orang itu berbicara nanti tidak selesai-selesai sampai pagi.
"Nona!" ku dengar ia memanggilku, tapi aku tak peduli. Aku langsung keluar dan mencegat taksi.
*****