*****
Tapi aku baru tahu ternyata kecelakaan yang di alaminya itu adalah sabotase, ada yang merusak mobilnya saat dirinya berada di dalam klub. Begitu banyak percobaan pembunuhan yang di lakukan terhadapnya dan sejauh ini dia selalu selamat. Konon, beberapa persaingan bisnis memang sering seperti itu apalagi Alan yang memang pandai bermain bisnis memang banyak mencetak musuh karena sering membuat rivalnya bangkrut.
Satu rahasia yang ia berikan padaku, ternyata dia hanyalah anak angkat di keluarga Wiratama. Tapi ayah angkatnya sangat mempercayainya hingga memberikan tampu warisan itu padanya. Hal itu membuat beberapa saudara, atau boleh di katakan anak kandung tuan Wiratama cemburu dan berusaha melenyapkannya pula.
Kalau begitu aku menyelamatkan orang yang memang nyawanya sedang di incar sampai mati, sebelum Alan mati ini pasti tidak akan berakhir. Kalau begitu gawat untukku juga?
Saat kami ngobrol di taman belakang rumah itu, terjadi sesuatu yang membuatku hampir kehilangan nyawa. Ada beberapa orang bertopeng yang menyerang kami dan menculik kami. Kami di bawa entah kemana, begitu penutup wajah kami di buka kami berada di sebuah gudang pengap. Tanganku terikat di belakang, mulutku tersekat lakban. Sementara beberapa orang memukuli Alan sampai babak belur. Mereka memaksanya melakukan sesuatu, selama Alan masih menolak hantaman terus di hujamkan. Lalu mereka mendekatiku dan mengancam akan melukaiku. Aku tak ingat jelas apa yang terjadi, karena aku memang mendapat beberapa kali pukulan. Tapi saat aku tersadar aku sudah berada di sebuah rumah yang asing bagiku.
Alan berdiri tak jauh dariku, ia sedang menelpon seseorang. Ia memutar tubuhnya dan mematikan teleponnya saat melihatku sudah terjaga. Ia mendekat padaku, aku coba bangkit dan dia membantuku untuk bersandar.
"Apa yang terjadi?" tanyaku,
"Maaf, jika aku melibatkanmu!"
"Dimana aku?"
"Di tempat yang aman,"
"Aku mau pulang, paman pasti cemas!"