Di tulis oleh ; Y. Airy no. 89
Heidi ; Mahkota Terakhir
Bulan-bulan penuh keringat, penuh adrenalin, penuh kebrutalan. Aku bahkan tak pernah berfikir sebelumnya akan terjebak dalam kelompok ini. Sebuah organisasi yang menamai dirinya Sliteryn, Slitheryn adalah kumpulan orang-orang sepertiku. Di mana kami memiliki kemampuan di luar nalar dan logika.
Aku ( Heidi ) mereka memanggilku, bisa mengendalikan ke-empat unsur bumi yang meliputi api, air, udara, dan tanah. Lima orang lainnya memiliki kemampuan lain. Zane si pengendali pikiran, tapi tak mempan untukku. Janet penyibak masa, ia bisa melihat masa lalu maupun masa depan, juga tak bisa menyibak kehidupanku. Teresa si telinga ajaib, Ia bisa mendengar suara orang yang di tuju walau jaraknya kiloan meter. Mac si tangan baja, ia memiliki kekuatan seperti hulk sangat kuat. Fabian si manusia listrik.
Kami di rekrut untuk sebuah misi, melindungi bumi dari ancaman luar. Di dunia ini ada dimensi yang menghubungkan dunia kita dengan dunia lain. Dimensi itu terbuka beberapa bulan lalu, dimana ada sekelompok makhluk yang menyerupai manusia tapi dengan kekuatan lebih mencoba mencari sesuatu di bumi yang mereka pikir adalah milik mereka. Sesuatu yang memiliki kekuatan besar yang bisa menghancurkan apapun, mereka akan menggunakannya untuk menguasai bumi. Kami melawan mereka berbulan-bulan, dan mencoba mencari apa yang mereka cari. Tapi hingga saat ini tak satu petunjukpun mengarahkan kami. Hingga kami berhasil masuk ke dunia mereka yang mereka namai Negeri Zyltrons. Negeri yang dulu di penuhi cahaya dan bunga, ait terjun yang indah dengan kolam-kolam yang bisa kau gunakan untuk berkaca. Tapi sekarang cahaya itu lenyap, hanya bayangan hitam yang menyelimuti seluruh negeri. Saat kami berhasil menerobos masuk ke dalam istana, kami menemukan fakta yang mengubah semuanya.
Fakta tentang diriku yang juga baru aku ketahui. Beberapa tahun lalu aku di temukan oleh keluarga petani di ladang mereka. Lemah, telanjang, dan hampir mati. Parahnya lagi, aku tak ingat apapun yang terjadi. Maka mereka merawatku dan memberiku nama Heidi, hingga kekuatanku di ketahui dan menyebar, tak berapa lama bergabunglah aku dengan Slyterin hingga saat ini.
Ternyata aku adalah putri Titan, keturuan terakhir Raja Zyltrons yang kini telah di gulingkan oleh pengkhianatan Ferdix. Benda di dalam tubuhku lah yang mereka incar. Mahkota Zyltrons yang memiliki kekuatan maha dasyat yang telah menyatu dengan diriku saat ayahku, Raja Zyltrons. mulai mencium pengkhianatan Ferdix. Mahkota itu sengaja di satukan dengan diriku dan aku di kirim ke dunia lain yaitu, Bumi.
Tapi di depan semua temanku, Ferdix bersilat lidah. Dia berkata bahwa diriku sengaja di set untuk menyusup ke bumi sebagai mata-mata dari Zyltrons. Tanda mahkota di pundak kiriku yang menyerupai tatto adalah bukti nyata bahwa aku adalah putri Zyltrons yang terakhir.
Aku mulai ingat semuanya, semua pengkhianatan Ferdix terhadap ayahku. Tapi hanya aku yang tahu, tak seorang pun yang percaya padaku bahwa aku bukan mata-mata. Tapi justru akulah yang terancam. Kami Berhasil lolos dari planet Zyltron. Tapi sekarang di sini lah aku, di sebuah lubang kecil. Bersembunyi tak hanya dari kejaran pengikut Ferdix, tapi juga dari anggota Slyterin yang lain, dari para polisi. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku tidur, tak ada yang bisa ku percaya karena tak ada yang mempercayaiku. Termasuk pria yang di hadapanku, yang menemaniku melarikan diri. Mac, dia bilang dia percaya padaku. Tapi entahlah, apakah aku bisa percaya padanya bahwa dia benar percaya padaku dan berpihak padaku. Atau hanya akan membawaku ke dalam perangkap ke tahanan Slyterin yang kini sudah menemukan beberapa anggota baru.
"Heidi, cobalah tidur. Biar aku yang berjaga!" tawarnya.
"Aku tak bisa memejamkan mata!"
"Kau semakin lemah, kau butuh istirahat!"
"Kekuatanku memang melemah. Mahkota itu bisa keluar dari tubuhku kapan saja jika aku lengah atau...kehabisan tenaga!" jawabku menatapnya.
"Jadi kau benar putri Zyltrons?"
"Aku ingat siapa diriku, tapi aku bukan mata-mata!"
"Aku percaya itu."
"Mac, aku bahkan tak percaya pada diriku sendiri!"
Mac mendekat, di depanku persis. Menatapku dalam.
"Tenangkan dirimu, dan cobalah untuk tidur sejenak. Kita akan mencari jalan besok, aku akan menjagamu!"
Ada keheningan di antara kami untuk beberapa saat.
"Mac, bisakah aku percaya padamu? Semua orang melihatku seperti wabah yang harus di hancurkan. Aku bahkan tak tahu harus bagaimana sekarang. Andai saja aku bisa mencari jalan merebut kembali Negeriku dari tangan Ferdix. Tidak... Aku harus bisa mengalahkannya. Itu satu-satunya jalan aku bisa lepas dari semua ini!"
"Dan kau butuh seseorang, ku harap itu aku!" harap Mac.
"Bagaimana, kau bisa melacaknya?" tanya Zane pada Teresa, Teresa mencoba menggunakan kekuatan pendengaranya untuk melacak Heidi dan Mac melalui getaran suara percakapan mereka. Tapi rupanya tak berhasil.
"Aku tak mendengar apapun!" jawabnya.
"Kekuatan mahkota itu sungguh luar biasa, kita harus mendapatkannya sebelum Ferdix!" seru Janet.
"Lalu bagaimana dengan Heidi?"
"Jika dia mati, mahkota itu akan keluar!" jawab Janet.
"Aku tak percaya kita harus membunuh Heidi!" desis Zane.
"Kenapa, kau menyukainya?" sinis Janet. "dalam kelompok kita tidak ada yang boleh jatuh cinta, atau kau juga ingin menjadi pengkhiatan seperti Mac!"
Zane diam, tudingan Janet membungkam mulut dan pikirannya.
"Akan ku coba dengan pikiranku, jika dia sedang melemah mungkin aku bisa menerobos!" seru Zane mengalihkan pertikaian. Ia meletakkan kedua jarinya di sisi kepalanya, memulai konsentrasi.
Tiba-tiba kepala ku pusing, sakit sekali. Seperti ada yang menerobos pikiranku. Itu pasti Zane, mencoba memasuki pikiranku dari jauh, sebelumnya dia tak pernah bisa melakukannya. Mungkin itu karena kekuatanku sedang melemah. Beberapa bulan dalam pelarian tanpa henti, telah menguras seluruh energi dan kekuatanku.
Terakhir kali aku ingat kenapa aku bisa lolos dari kejaran Ferdix adalah saat tubuhku bercahaya, mengeluarkan kilauan hangat yang akhirnya membawaku kembali ke bumi. Melewati dimensi yang berbeda.
"Heidi, kau baik saja?"
"Mac, aku merasakan mereka semakin dekat. Bisa kah kita pergi dari lubang jahanam ini. Aku tak boleh tertangkap!" kataku dengan terus memegang kepalaku yang kian di hujami rasa sakit. Mac menuntunku berdiri.
"Kita cari jalan lain, semoga masih ada waktu!" katanya memapahku berjalan. Kami mencoba terus berlari, terus menghindar. Mereka tak pernah lelah rupanya, sekarang aku terlihat seperti hama yang harus di basmi karena akan merusak bumi. Sementara pihak Ferdix masih saja mengincar Mahkota Zyltrons, kata ayahku. Jika aku bisa mengendalikannya dengan baik, maka Mahkota itu akan benar menyatu pada diriku, bahkan akulah yang akan menjadi Mahkota itu sendiri. Tapi aku butuh waktu, butuh seseorang yang bisa membantuku untuk bisa melakukan itu semua. Dan Mac, yang selalu menemaniku, semoga dia benar bisa aku percaya hingga aku bisa membuktikan diri. Hingga aku bisa mengendalikan semuanya. Hingga aku bisa menyelamatkan dunia ini dan duniaku dari ancaman Ferdix.
Kami terus berlari, entah sampai kapan? Semoga kami mendapatkan tempat yang aman untuk bisa memulihkan kekuatanku. Agar aku bisa mengembalikan bumi ini aman, agar aku bisa membuat Negeri Zyltrons kembali di penuhi cahaya dan bunga-bunga. Tubuhku mulai bercahaya kembali, itu adalah kekuatan Mahkota Zyltrons yang mulai memberi tanda bahwa aku dalam bahaya. Tapi cahaya itu akan menyelamatkan ku, membawaku kembali menerobos dimensi lain sampai aku benar-benar kuat dan menjadi mahkota itu sendiri. Mac terus memegangku. Mencoba memberitahuku bahwa dirinya akan selalu melindungiku.
Dan semoga, aku bisa mempercayainya. Ku dengar suara Zane dan Janet mendekat, kami berbalik dan menoleh. Ya itu benar mereka, berlari menghampiri kami. Aku mencoba menggunakan kekuatanku untuk menghalau mereka agar tak mencapai kami dengan badai angin yang cukup dasyat. Sampai akhirnya cahaya itu menelan tubuh kami dan mendamparkan kami di tanah hijau nan lapang. Tanah yang asing.
**********
Untuk melihat karya fiksianer lain silahkan kunjungi
Dan silahkan bergabung dengan group
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H