Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Fantasi] Heidi ; Mahkota Terakhir

17 September 2014   00:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:29 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Heidi, kau baik saja?"

"Mac, aku merasakan mereka semakin dekat. Bisa kah kita pergi dari lubang jahanam ini. Aku tak boleh tertangkap!" kataku dengan terus memegang kepalaku yang kian di hujami rasa sakit. Mac menuntunku berdiri.

"Kita cari jalan lain, semoga masih ada waktu!" katanya memapahku berjalan. Kami mencoba terus berlari, terus menghindar. Mereka tak pernah lelah rupanya, sekarang aku terlihat seperti hama yang harus di basmi karena akan merusak bumi. Sementara pihak Ferdix masih saja mengincar Mahkota Zyltrons, kata ayahku. Jika aku bisa mengendalikannya dengan baik, maka Mahkota itu akan benar menyatu pada diriku, bahkan akulah yang akan menjadi Mahkota itu sendiri. Tapi aku butuh waktu, butuh seseorang yang bisa membantuku untuk bisa melakukan itu semua. Dan Mac, yang selalu menemaniku, semoga dia benar bisa aku percaya hingga aku bisa membuktikan diri. Hingga aku bisa mengendalikan semuanya. Hingga aku bisa menyelamatkan dunia ini dan duniaku dari ancaman Ferdix.


Kami terus berlari, entah sampai kapan? Semoga kami mendapatkan tempat yang aman untuk bisa memulihkan kekuatanku. Agar aku bisa mengembalikan bumi ini aman, agar aku bisa membuat Negeri Zyltrons kembali di penuhi cahaya dan bunga-bunga. Tubuhku mulai bercahaya kembali, itu adalah kekuatan Mahkota Zyltrons yang mulai memberi tanda bahwa aku dalam bahaya. Tapi cahaya itu akan menyelamatkan ku, membawaku kembali menerobos dimensi lain sampai aku benar-benar kuat dan menjadi mahkota itu sendiri. Mac terus memegangku. Mencoba memberitahuku bahwa dirinya akan selalu melindungiku.

Dan semoga, aku bisa mempercayainya. Ku dengar suara Zane dan Janet mendekat, kami berbalik dan menoleh. Ya itu benar mereka, berlari menghampiri kami. Aku mencoba menggunakan kekuatanku untuk menghalau mereka agar tak mencapai kami dengan badai angin yang cukup dasyat. Sampai akhirnya cahaya itu menelan tubuh kami dan mendamparkan kami di tanah hijau nan lapang. Tanah yang asing.

**********


Untuk melihat karya fiksianer lain silahkan kunjungi



Dan silahkan bergabung dengan group

**********

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun