Orang itu menempelkan moncong pistolnya tepat di kening Daren, membuat Daren diam tak berkutik. Pria berperawakan tinggi besar, berkulit coklat dan berwajah sangar itu menatap Daren dengan tatapannya yang tajam. Daren tak pernah bertemu dengannya, siapa pria ini dan kenapa dia menculiknya?
"Siapa kau?" tanya Daren.
Orang itu masuk dan menutup pintu, pistol masih di tangannya dan masih di todongkan ke arah Daren. Orang itu pun duduk menatapnya.
"Siapa aku itu tidak penting, jika kau ingin selamat maka diamlah di tempatmu!" ancamnya.
Daren memperhatikan orang itu, nampaknya ia sedang menunggu seseorang. Siapa? Sudah pasti orang yang membayarnya. Daren melirik ke luar, tempat dimana mereka berasa sekarangvadalah sebuah parkiran yang nampaknya sudah tak terpakai. Itu cukup sepi, jika dirinya mati di sini tidak akan ada yang tahu sampai mayatnya membusuk. Ah...., lebih baik ikuti saja mau orang itu.
Tak berapa lama sebuah mobil merapat tak jauh dari mereka. Jantung Daren sudah berdegup kencang menanti siapa orang yang akan menghampirinya. Orang itu masuk, duduk di samping pria yang menodongnya. Dan berhadapan dengan dirinya. Orang yang juga tak pernah Daren temui atau pun lihat. Ia pikir yang akan datang adalah Ferhan Hari Kusumo, tapi ternyata bukan. Orang itu memandangnya dalam.
"Daren Harlys. Aku cukup tahu prestasimu, sayang sekali kau sia-siakan itu di perusahaan yang akan hancur!"
"Harris Group maksudmu, maaf tn. Aku sama sekali tak menyia-nyiakan kemampuanku!"
Orang itu tersenyum, kecil dan sinis.
"Aku berniat menawarimu sesuatu yang jauh lebih besar dari sekedar staf karyawan. Kau bisa menjadi bosnya jika kau mau!"
"Apa maksumu?"