Keluar dari lift mereka lansung berjalan ke ruang PresDir. Selama berjalan ke sana, para karyawan berdiri dan memberi salam pagi. Nicky menjawabnya dengan ramah dan senyuman. Liana jadi bingung.
Ternyata di kantor dia ramah juga, tapi....kenapa dia sangat menyebalkan jika kami bersama. Huh....dasar!
Nicky berhenti di depan pintu ruangannya.
"Maaf semuanya, mulai hari ini Reynald akan kembali bergabung dengan kita. Dan....dia akan menjabat sebagai wakil PresDir yang selama ini kosong karena aku mewakili kakek. Dan....ini Liana." tunjuknya pada Liana.
"Dia juga akan bergabung dengan kita!"
Mela menghampiri.
"Aku sudah mendengar soal anda, senang bisa bekerja sama!" katanya pada Liana sambil menjulurkan tangannya. "Mela, sekretarisnya Pak Nicky!"
Liana menyambut tanganya.
"Liana, semoga aku tak merepotkan. Mohon bantuannya!" lirihnya.
Mela tersenyum.
"Rey, kau tahu dimana ruanganmu kan!" seru Nicky.
Rey mengangguk dan melangkah menuju ruangannya.
"Liana, kau ikut Daren. Dia akan menunjukan dimana mejamu!" kastanya lalu masum ke ruangannya sendiri.
"Ayo, ku tunjukan dimana kita bisa bekerja!" ajak Daren pada Liana. Liana mengikutinya, mereka memasuki sebuah ruangan. Di dalamnya sudah ada dua orang di meja masing-masing. Di dalam sana memang ada empat meja dan salah satunya memang sepertinya kosong karena terlihat sangat bersih tanpa sepotong kertaspun. Sedang meja satunya lagi sudah penuh, pasti itu meja Daren.
"Itu mejamu, kita satu ruangan!" katanya lalu duduk di mejanya sendiri.
Perlahan Liana melangkah ke mejanya, lalu ia duduk di kursi. Memandang semua yang ada di sana.