Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] You Are (Not) My Destiny [55]

15 November 2021   14:28 Diperbarui: 15 November 2021   15:10 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

  • GOT7 -- Confession Song
  • K.Will -- Day 1
  • SF9 -- Different
  • Chen & Punch - Everytime
  • Sondia -- First Love
  • Yook Sungjae -- From Winter
  • Plastic -- Gangnam Exit 4
  • THE BOYZ -- Good Bye
  • MXM -- Good Day
  • MONSTA X - Gravity

MIN DONGHYUN'S POV

Musim semi sudah tiba dan tidak terasa sekarang aku sudah berkuliah semester tiga. Rasanya baru kemarin aku menjadi mahasiswa baru, tapi aku sudah semakin terbiasa dengan kampus ini. Aku semakin sibuk karena semakin banyak mata kuliah yang kuambil, aku memang berencana sibuk di semester awal dan agak bersantai di semester akhir nanti. Kesibukanku selain berkuliah, aku masih juga aktif di klub basket dan sepakbola kampus, dan aku juga sibuk membuat konten untuk channel Youtube-ku, karena aku sudah menghasilkan uang dari tempat itu. Aku senang sih mendapatkan uang, jadi ketika aku kencan dengan Choeun noona, aku bisa mentraktirnya dan aku tidak perlu minta uang dari eomma dan appa lagi. Aku juga sudah mulai menyisihkan penghasilanku untuk ditabung. Tak ada yang tau bahwa aku sudah mulai menabung sendiri, apalagi Dongsun hyong, kalau dia tau, dia pasti akan menggodaku. Tentunya tabunganku nanti akan kupakai untuk... keperluan masa depanku dan Choeun noona.

"Apa yang kau lihat?"

Choeun noona bergelanyut manja di lenganku, rupanya dia sudah kembali dari toilet. Kami baru saja keluar bioskop, selesai menonton film terbaru bertema zombie. Aku duduk menungguinya sambil mengecek channel-ku.

"Konten yang semalam, yang kubuat bersama Minki."

"Oh, sudah 900 views hanya dalam satu malam? Luar biasa sekali!"

Aku kemarin iseng mengajari Minki beberapa trik dan karena dia pintar dan lucu sekali, kurasa itu menarik perhatian orang-orang untuk menonton videonya.

"Wah, sekarang pacarku seorang content creator yang sangat terkenal," puji Choeun noona saat kita berjalan keluar bioskop, "aku bangga sekali!"

"Ah noona, ini belum seberapa. Dongsun hyong bahkan lebih terkenal dariku."

"Ya, dia kan model. Tapi kau juga melakukan beberapa endorsement, aku yakin kau juga sudah semakin terkenal."

"Kalau aku sudah semakin terkenal, noona jadi manajerku ya."

"Pastinya. Kau akan menggajiku kan?"

"Aku akan menggaji noona dengan..." aku menunduk ke sisi kepalanya dan berbisik, "ciuman."

"Tidak mau, ciuman tidak bisa untuk belanja skincare."

"Yah noona, jahat sekali sih."

"Uhm... apakah Anda... MDHyun-ssi?"

Langkah kami dihentikan oleh dua gadis muda yang sepertinya umurnya tidak jauh berbeda denganku. Aku dan Choeun noona saling berpandangan. Mereka baru saja menyebut nama panggungku, atau yah, maksudku itu nama yang kubuat di Youtube dan Instagram-ku.

"Oh ya... aku MDHyun..."

"Bolehkah... kami minta foto bersama?"

Aku berpandangan dengan Choeun noona sekali lagi.

"Tentu! Sini, biar kuambilkan foto kalian!"

"Ah terima kasih, eonni!"

Choeun noona dengan ceria mengambilkan foto kami. Kedua gadis itu tampak sangat senang setelah akhirnya meninggalkan kami.

"Noona, aku tak menyangka... aku benar-benar mulai dikenali."

"Sudah kubilang kan, kau seharusnya mulai memasang tarif agak tinggi kalau orang menawarimu endorsement."

"Kurasa noona benar-benar harus mulai jadi managerku."

"Benar ya? Baiklah, mari kita bicarakan gajinya."

"Gaji lagi? Yah, noona!"

Sebenarnya ada satu hal yang kukhawatirkan. Aku khawatir ketika aku mulai terkenal, waktuku bersama Choeun noona akan semakin berkurang. Aku masih ingat apa penyebab awal Choeun noona dan Chungdae hyong mulai sering bertengkar, itu karena Chungdae hyong tidak bisa memberikan Choeun noona perhatian yang cukup. Aku berusaha sebaik mungkin menyeimbangkan kesibukanku dengan waktu yang bisa kuhabiskan bersamanya. Tapi selama seminggu ini, sepanjang sore sampai malam, kami harus latihan dan mengikuti kejuaraan sepakbola antar kampus, dan aku benar-benar belum bertemu Choeun noona sejak hari Jumat kemarin. Kerinduanku cukup terobati dengan melakukan video call dengannya, tapi aku lebih ingin berbicara langsung dengannya dan memeluknya.

"Noona, aku merindukanmu..."

"Ah Donghyun! Apakah pertandingannya sudah selesai? Apakah kalian menang?"

"Ya, kami menang 2-0 noona. Kami masih harus latihan sebentar sesudah ini."

"Million Stars terasa sepi sekali tanpamu dan Bojin."

"Maaf ya noona, tinggal sehari lagi, tunggu aku ya."

"Ya, Senin malam ke apartemenku ya, nanti kumasakkan apa saja yang mau kau makan."

"Aku akan mengirimkan noona daftarnya kalau begitu."

Mendadak Choeun noona tampak hilang dari layar, dan dia kembali sambil menggendong Minki di tangannya yang bebas.

"Minki ya, apakah kau juga merindukan appa?"

Minki tampak terkekeh bahagia, suaranya keras sekali, dan ekornya bergoyang sangat cepat.

"Woof! Woof!"

"Appa, Minki bilang, cepat pulang ya."

"Ya, aku akan... tunggu. Apa? Bagaimana Minki barusan memanggilku?"

"Appa."

"Lalu eomma-nya..."

"Ya siapa lagi dong..."

"Aku... appa akan segera pulang!"

"Sampai ketemu lagi, appa! Saranghaeyo!"

Aku belum sadar dari keterkejutanku ketika sambungan telepon diputus.

"Kenapa wajahmu jadi begitu, Donghyun?"

"Oh, Hyeil hyong."

Hyeil hyong dan Joonki hyong menghampiriku, mereka baru selesai mandi.

"Iya, wajahmu jadi merah begitu," goda Joonki hyong, "pasti Choeun noona ya."

"Iya. Aku sebenarnya merasa bersalah agak sibuk akhir-akhir ini. Aku juga merindukannya."

"Bagaimana kalau kau menyiapkan kejutan saja untuknya nanti untuk menebus kesibukanmu?" usul Hyeil hyong.

"Ide yang bagus! Sebenarnya aku berpikir untuk..."

Aku merendahkan suaraku dan kedua hyong itu mendekat padaku untuk mendengar apa yang kubisikkan.

"KAU MAU MELAMARNYA?" jerit Joonki hyong.

"SIAPA MAU MELAMAR SIAPA?"

Orang terakhir yang kuharapkan tau tentang rencanaku adalah Chungdae hyong, tapi karena Joonki hyong tadi berteriak, dia jadi mendatangiku. Memang belum genap dua bulan hubunganku dengan Choeun noona, tapi aku tidak merasa ragu untuk melangkah lebih jauh dengannya. Tapi masalahnya, aku masih merasa sedikit canggung dengan Chungdae hyong, meski kami berdua sudah mengobrol secara pria beberapa saat yang lalu. Chungdae hyong duduk di antara aku dan Hyeil hyong, memaksakan badannya muat di antara kami.

"Kau mau melamar Choeun noona?" tanya Chungdae hyong untuk memastikan pendengarannya.

"Yah... aku..."

"Jangan merasa tidak enakan begitu, Donghyun. Aku sudah tidak apa-apa kok. Bahkan kalau kau punya rencana, aku mau membantumu."

"Tapi yah... aku hanya bilang saja. Aku belum punya rencana untuk kejutannya sih..."

"Ketika Donghyun yang lebih muda dariku sudah kepikiran untuk melamar pacarnya, disini aku masih jomblo..."

Never felt this way before

What's the use of saying this? You're a perfect 10
My love my love
vroom vroom

I'll go get you, vroom vroom

I'll go to your place

I'll race to you, I'll shoot down whoever lusts for you
heart

Get out of the way, if you like me, press on the heart

Why, why are you

Shaking up my heart

You're not a person of earth

I definitely saw you on the moon

suite

Let me book your time in a suite

One day, two days no every day

Come here and come into my arms

Fall into my charm

(SF9 -- Different)

Kami bertiga tertawa karena pernyataan Joonki hyong.

"Kalau begitu kau cepatlah pacaran," usul Hyeil hyong.

"Bagaimana dengan Hyeil hyong? Mau menjomblo sampai kapan hyong?" Joonki bertanya sengit.

"Aku tidak terburu-buru. Kalian boleh mendahuluiku."

"Awas nanti hyong dilangkahi oleh Chinye."

"Aku mendengar nama Chinye disebut?" tanya Bojin hyong yang mendadak kepalanya muncul di antaraku dan Joonki hyong.

"Hyoooong, kau masih berkeringat!"

"Sudah, jangan ribut-ribut kalian. Aku punya usul," ujar Chungdae hyong, "mau dengar usulku?"

Aku membereskan mejaku dengan cepat setelah jam kuliahku selesai. Jam delapan malam ini kami akan menjalankan rencana yang sudah kami persiapkan sejak kemarin. Timku sama dengan tim yang membantuku menyatakan perasaan pada Choeun noona waktu itu, tapi kali ini juga ditambah Chungdae hyong dan Youngkyong, tapi berkurang Eunyul noona (menurut Dongsun hyong, Eunyul noona pasti tidak bisa menahan diri membocorkannya pada Choeun noona, jadi lebih baik dia tidak tau). Aku mengeluarkan kotak kecil dari dalam tasku dan membukanya: ada cincin dengan satu mata permata kecil di tengahnya, tampak sederhana, tapi menurutku cahaya permatanya menyilaukan dan itu cukup untuk menggambarkan Choeun noona. Dia sederhana, tapi bercahaya di saat yang bersamaan. Membayangkan aku akan memakaikan cincin ini padanya malam ini membuatku bersemangat. Aku memasukkan cincinnya ke dalam tasku lagi dan berjalan keluar kelas. Aku menyapa siapa saja yang menyapaku dengan cepat, tapi pergerakanku terhenti oleh ponselku yang berbunyi. Rupanya Myung hyong, salah seorang seniorku yang meneleponku.

"Yoboseyo hyong."

"Donghyun, maaf meneleponmu mendadak. Kami butuh bantuanmu."

"Ada apa hyong?"

"Kami kekurangan tenaga disini. Banyak sekali yang sakit. Kami mau memastikan apa mereka terkena sejenis pandemi."

"Hyong dimana? Aku akan kesana."

Dari latarnya, aku bisa mendengar suara anjing-anjing dan aku tau dari suara mereka, mereka terdengar kesakitan, bahkan ada beberapa yang melolong. Aku mengenal Myung hyong dari Youth Dogs Rescue Team yang kuikuti semenjak aku masuk ke kampus. Klub ini bertugas di berbagai tempat, terutama penampungan hewan, tugas utamanya untuk menyelamatkan anjing terlantar, dan kami yang berkuliah di kedokteran hewan bertugas khusus untuk memberikan pertolongan kesehatan pada anjing yang membutuhkan. Karena aku sibuk dengan liga minggu lalu, aku tidak mengikuti kegiatan mereka. Tapi mendengar mereka butuh bantuanku, aku akan langsung kesana. Kurasa aku tidak akan terlambat untuk pesta kejutannya, toh masih ada lima jam lagi sebelum jam 8 malam. Aku menaiki bus menuju tempat penampungan anjing yang dimaksud Myung hyong. Begitu sampai kesana, hatiku terenyuh. Sudah banyak rekanku dari klub yang sibuk disana, tapi memang hanya ada tiga rekan kedokteranku yang sibuk dengan peralatan mereka. Aku meletakkan tasku dan mengeluarkan peralatan kesehatan (yang untungnya selalu kubawa sejak Minki sakit mendadak waktu itu) dan dengan cepat bergabung dengan Myung hyong yang sudah bersimbah keringat.

"Apa yang terjadi hyong?"

"Beberapa dari mereka muntah-muntah. Aku perlu memastikan ini bukan pandemi dan mengetahui apa sebab pastinya sebelum menunggu mereka dibawa ke rumah sakit. Mobilnya tidak bisa menampung banyak," jelas Myung hyong yang bahkan tidak melihat ke arahku ketika aku bertanya padanya.

"Yang mana yang sakit, tolong bawa kesini."

Aku berjongkok di sudut yang agak jauh, dan rekan-rekanku yang lain sibuk membawakan anjing-anjing malang itu padaku.

"Tenanglah, kalian akan baik-baik saja, oke? Percaya padaku ya," ujarku sambil mengelus kepala anjing jindo yang terbaring lemah di hadapanku.

Aku akan menyembuhkan kalian. Aku tidak akan membiarkan kalian sakit.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun