Aku menggandengnya menaiki lift dan sengaja tidak menjawab kemana aku akan membawanya, dan kami berhenti di lantai teratas. Langit cerah malam ini ketika kami melangkah keluar dari lift. Memang cuacanya masih sedikit dingin, tapi malam ini tidak bersalju.
"WAH TELESKOP!"
Aku tertawa melihat Eunyul noona yang bersemangat berlarian ke arah beberapa teleskop besar berdiri. Hanya ada sepasang orang di atap seperti kami malam ini, dan mereka memakai salah satu teleskop. Eunyul noona menghampiri teleskop yang di tengah dan dengan semangat mulai mengamat-amati bagaimana cara memakainya. Aku melepas syal yang kupakai dan memakaikannya ke lehernya, melapisi syal yang dipakainya.
"Ah terima kasih, Dongsun."
Aku tersenyum padanya yang menoleh padaku saat berterimakasih.
"Ah, ternyata begini cara memakainya. Biar kulihat... WAH! WAH WAH WAH! KEREN SEKALI! INI UNTUK PERTAMA KALINYA..."
Eunyul noona terus berbicara soal apa saja yang bisa dilihatnya dengan teleskop itu, dan aku yang (lagi-lagi) sudah tau apa saja yang bisa terlihat, tidak terlalu penasaran lagi. Aku hanya memperhatikan sosoknya yang bersemangat, yang ceria, yang hangat. Aku menggenggam benda yang sejak tadi sore kusimpan di dalam saku jaketku. Aku memang sudah merencanakan ini, tapi aku masih mencari kapankah waktu yang tepat aku bisa memberikan ini padanya. Tapi aku tak menyangka bahwa rasanya malam ini adalah saat yang tepat untuk melakukannya. Benar, aku tak perlu menunggu apapun lagi, tak ada lagi yang kuragukan.
"PLANET SATURNUS BAGUS SEKALI YA! WAH LIHAT CINCINNYA YANG SEPERTI ITU... TUNGGU, BULAN JUGA JELAS SEKALI DENGAN... Dongsun, kau mau lihat tidak? Dongsun? Dongsun?"
Aku tersenyum saja menunggu kapan dia akan sadar apa yang sedang kulakukan sekarang. Eunyul noona menoleh dan aku tau dia mencariku, tapi ketika sadar aku berlutut di sampingnya, dia tampak sangat terkejut.
"Dongsun, apa yang kau lakukan...?"
"Kira-kira apa yang kulakukan, noona?"