"Noona tertipu lagi."
Tapi sebelum aku sempat protes lagi, Donghyun mengunci bibirku dengan ciuman. Ini memang bukan ciuman pertama kami, tapi ciuman pertama dan terakhir kali kami sudah berlangsung lama sekali, dan rasanya itu hanya terkubur di masa lalu. Tapi sekarang perasaan itu kembali lagi, dan aku baru tau kalau aku merindukannya dan... merindukan ciumannya juga. Aku memejamkan mataku dan membalas ciumannya dengan lembut. Donghyun menarikku lebih dekat dan aku bisa merasakan jantungnya juga berdebar keras. Aku membelai pipinya lembut, namun aku terkejut ketika dia menciumiku lebih dalam. Aku berusaha keras untuk memperingatinya, ini bukan tempat dan waktu yang tepat... ketika dia berhenti mendadak.
"Noona... saranghae."
Lalu dia menciumku lagi. Aku mendorong dadanya dengan lembut, tapi perlu usaha keras bagiku untuk akhirnya bisa bicara lagi.
"Donghyun, kurasa Dongsun akan masuk kesini...."
"Dia tak akan masuk selama tidak ada salah satu dari kita yang keluar, noona."
"Tapi akan sangat aneh membuatnya menunggu di luar."
"Noona menolakku?" tanya Donghyun sambil cemberut.
Aku tertawa dan mencubit hidungnya yang mancung.
"Aku tidak menolakmu. Tapi prioritas kita sekarang adalah pergi kencan."
"Hmm... baiklah."