"Aku tidak menyangka Choeun sangat keras kepala soal Donghyun. Tapi kurasa," tebakku, "beri Choeun sedikit waktu lagi. Kurasa dia akan mulai bicara lagi kalau dia sudah merasa baikan."
"Apa noona yakin? Dia saja masih belum mau jujur pada noona, apalagi dengan Donghyun..."
"Yah, Donghyun harus lebih sabar sepertinya. Apa perlu aku yang membujuknya?"
"Ya... kalau dia sudah cerita pada noona, cobalah membujuknya. Bojin hyong sudah tidak berani membujuknya lagi. Katanya Choeun noona selalu cemberut jika Bojin hyong menyebut nama Donghyun."
"Baik, ayo kita tunggu, mau sampai kapan dia keras kepala begitu."
Kusodorkan daging ke mulut Dongsun dan dia mengunyahnya dengan senang.
"Apakah itu berarti aku sudah boleh mulai makan?" tanyanya senang.
"Ya, makanlah. Tidak mungkin kan aku membiarkan pacarku kelaparan?"
Aku memang menikmati malam itu bersama Dongsun, tapi pikiranku melayang pada Chungdae dan Choeun. setelah segala hal yang mereka lewati... mereka akhirnya menyerah. Kesibukan, kerinduan, kebohongan, perasaan yang terpendam, ucapan maaf yang kekuatannya sudah berkurang, memang benar... mereka sudah punya terlalu banyak masalah... tapi aku merasa aneh sekali, ketika memikirkan aku tak akan melihat mereka berdua bersama lagi... Lalu bagaimana dengan mereka? Dunia mereka pastilah sangat hancur. Chungdae masih sangat sibuk dan dia bisa memaksakan dirinya untuk tetap tersenyum. Wah... aku tidak bisa mengerti bagaimana dia bisa melakukannya. Baek Choeun... katakan apa yang harus kulakukan untuk menolongmu? Apakah kau tidak mengizinkan siapapun menolongmu sekarang? Apa kau baik-baik saja? Apa kau bisa melalui semuanya sendirian?
***
MIN DONGHYUN'S POV