Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.
- Junggigo -- Only U
- Seulgi & Wendy -- Only You
- PRODUCE X 101 CRAYON -- Pretty Girl
- Elaine -- Rain or Shine
- SEVENTEEN -- Say Yes
- RED VELVET -- See The Stars
- ASTRO -- Should've Held On
- Soyou & Junggigo - Some
- Kim Jaehwan -- Some Days
- N. FLYING -- Spring Memories
SPECIAL APPEARANCE:
CUSTOMER: LOONA'S CHUU
JUNG HYOEUN: BLACKPINK'S LISA
PARK TAE-AH: 2PM TAECYEON
BAEK CHOEUN'S POV
Mereka terlihat cocok sekali.
Ya, kudengar pria ini model baru kan? Dan aku juga tau dia sempat berperan sebagai "figuran" dengan Youngkyong di iklan yang sebelumnya.
Tapi melihat mereka bersama sekarang, mereka sepertinya memang ditakdirkan bersama.
Mereka sama-sama punya mata yang indah.
Mereka menjadi pasangan favoritku sekarang!
Sebelumnya aku tak pernah rela jika Youngkyong berpasangan dengan siapapun, tapi untuk pertama kalinya aku setuju dia berpasangan dengan pria ini.
Aku meletakkan ponselku dan merebahkan kepalaku di meja kantor. Aku tak tau apa yang harus kupikirkan dan apa yang harus kurasakan. Yang baru saja kubaca adalah artikel tentang Chungdae dan Youngkyong yang baru saja dinobatkan sebagai model produk kecantikan. Di bawahnya ada banyak komentar dari netizens. Aku tak bisa menyalahkan mereka, mereka tak tau Chungdae sudah punya pacar. Sejak kami bertemu di hari terakhir event kampus, jujur saja kami belum bertemu lagi, dan itu berarti sudah sekitar seminggu, tepatnya delapan hari. Aku tau Chungdae sibuk, sekali lagi, aku tak bisa menyalahkannya. Akupun sebaiknya tidak cemburu dengan apapun yang fans mereka katakan soal mereka. Tapi apakah semudah itu melakukan semua itu? Akupun mengakui... Chungdae dan Youngkyong terlihat sangat cocok Bersama. Aku jadi tidak tau dimana posisiku... siapa aku ini? Apa benar Youngkyong adalah wanita di antara kami, atau sebenarnya akulah wanita di antara mereka?
"Mendadak aku merasa bodoh. AAAAAAH AKU BODOH!"
"Noona?"
Kudengar ketukan di pintu kantorku. Apakah tadi aku berteriak begitu keras?
"Ya, Bojin?"
Bojin membuka pintu dan wajahnya terlihat khawatir.
"Noona, maaf, bisa turun sebentar? Sesuatu terjadi..."
Perasaanku langsung tidak enak. Aku mengikuti Langkah Bojin menuju lantai satu dan suasana terlihat ramai, tapi sejenis ramai yang tidak menyenangkan. Beberapa pelayanku berkumpul di dekat satu meja yang diduduki beberapa gadis muda.
"Apa kalian bercanda? Bagaimana mungkin kalian menjual kue yang sudah tidak baik ini? Kalian ingin membuat kami sakit?" teriak gadis yang berdiri dengan ekspresi marah.
"Maaf, saya pemilik disini. Bisa ceritakan apa yang terjadi?"
"Bagus kalau kau disini. Coba kau cicipi kue ini dan kau akan tau apa yang baru saja kami makan!"
Aku mengambil piring berisi kue blackforest di meja itu, tapi Bojin mengambilnya dari tanganku.
"Biar aku saja," putus Bojin yang langsung mencicipi sepotong kecil kue itu.
Wajahnya terlihat berkerut dan dia jelas berpikir sangat keras ketika mengunyah potongan kue itu. Mendadak dia memandangiku dan aku yakin apa yang gadis muda itu katakan pasti benar.
"Maafkan saya. Kami sebenarnya yakin kami tidak akan menggunakan bahan yang tidak baik di caf kami..."
"Apapun yang kau katakan untuk membela caf-mu, kue ini sudah jelas tidak layak jual!"
Aku juga heran, apa yang terjadi ini? Aku selalu membeli bahan dari tempat langgananku yang tidak mungkin memberikan produk yang jelek pada kami. Tapi daripada memikirkan akar permasalahannya, lebih baik aku menenangkan gadis ini dulu.
"Saya minta maaf sekali lagi. Kami akan berhati-hati lain kali. Untuk pesanan Anda hari ini, semuanya akan kami gratiskan," putusku cepat.
"Berharaplah tidak ada di antara kami yang sakit, atau kami akan menuntutmu!" seru si gadis, masih sangat marah, "ayo kita pergi!"
Dia dan teman-temannya meninggalkan caf. Aku merasakan Bojin menepuk punggungku perlahan dan menyadarkanku dari keterkejutanku.
"Noona, tunggulah di atas."
Aku hanya menuruti Bojin dan kembali ke kantorku. Tak lama kemudian, Bojin datang membawa teh hangat dan Hyoeun-ssi, ptissier yang bekerja di Million Stars sejak kami buka hingga sekarang, masuk ke kantor bersamanya.
"Kapan terakhir kali bahan makanan kita masuk?" tanyaku pada Hyoeun-ssi.
"Tiga hari yang lalu dan aku yang menerimanya," jawab Hyoeun-ssi dengan wajah khawatir.
"Apakah ada sesuatu yang aneh Ketika kamu menerimanya?"
"Tidak ada, sajangnim. Aku yakin sekali bahannya baik-baik saja seperti biasanya."
"Aku juga jadi bingung sekali, tidak tau bagaimana bisa jadi seperti ini. Ini kasus yang pertama kali terjadi disini."
"Kurasa begini saja noona," usul Bojin, "kita sebaiknya memeriksa stok dan segalanya dulu sekarang. Dan kita juga berharap supaya mereka tidak sakit. Karena kalau iya... akan panjang sekali ceritanya nanti."
"Usul yang baik. Ayo."
Kami segera ke gudang penyimpanan stok dan memeriksa semua bahan makanan kami. Tapi tidak mudah mencari tepung mana yang bermasalah, barang kami banyak sekali.
"Aku akan menelepon Yoonjoon ahjussi dan menanyakan padanya tentang ini," putusku, "aku percaya dia tidak akan mengirimkan tepung yang tidak baik pada kita, tapi... aku tetap ingin tau."
Aku harus tau akar permasalahan ini. Aku memiliki perasaan kami tidak bersalah, meskipun memang benar kue tadi bermasalah. Tapi jika memang ini tadinya bukan salah kami, bagaimana semua ini bisa terjadi? Mendadak banyak sekali hal yang kupikirkan: Chungdae, lalu Million Stars. Tidak bisakah hidupku lebih tenang?
***
MIN DONGSUN'S POV
"Dongsun-ssi!"
Baru saja aku akan meninggalkan ruangan kelasku, seorang pria berkacamata menghampiriku. Aku tidak tau siapa dia, rasanya dia bukan teman satu fakultasku.
"Hai perkenalkan, aku Park Tae-ah, staf redaksi majalah kampus kita."
Aku menyambut uluran tangannya dengan kebingungan.
"Maaf aku bukannya ingin membuatmu bingung, tapi kami berencana membuat artikel berisi wawancaramu dan Haneul-ssi. Kami akan menyinggung beberapa poin tentang kemenanganmu di event fashion show bulan lalu, tapi ada juga beberapa pertanyaan seputar kehidupan kampusmu," jelasnya panjang, "apakah kamu punya waktu sekarang? Bisakah menungguku di ruang redaksi?"
"Oh baiklah, kurasa tidak masalah. Aku malahan merasa sangat tersanjung karena terpilih mengisi halaman majalah kampus. Terima kasih!"
"Kamu mau melakukannya? Syukurlah. Tolong menungguku disana."
Aneh sekali memang, mendadak aku mendapat tawaran wawancara, rasanya seperti selebriti saja. Harusnya mereka membuat halaman tentang Chungdae. Tapi majalah bulan lalu sudah membahas soal Youngkyong sih. Tapi mengingat mereka berdua membuatku memikirkan tawaran agensi mereka, karena kemarin Chungdae membawaku ke gedung agensi mereka. Sebenarnya aku tidak tertarik dengan dunia selebriti yang glamor, tapi yang kuinginkan adalah memaksimalkan potensi yang ada pada diriku. Aku masih mempertimbangkan apakah aku akan menerima tawaran mereka. Keluargaku mendukung apa saja keputusanku dan aku sempat mengajak Donghyun ("tidak, terima kasih, aku akan menggunakan cara lain saja," tolaknya sambil menunjukkan akun Youtube-nya yang sudah punya sekitar 100 pengikut, kurasa Donghyun sedang meniti karirnya sebagai influencer) dan dia menolak keras mengikuti jejakku. Tapi sebelum aku memutuskan apapun, kurasa aku akan tanya pendapat Eunyul noona dulu. Apalagi aku cukup melihat Chungdae yang sangat sibuk dan aku tidak yakin dia sempat menemui Choeun noona akhir-akhir ini. Tunggu, ruangan redaksi itu yang ini kan? Setauku memang ada ruangan yang sering dipakai oleh anak jurnalistik di seberang kafetaria.
"Dongsun oppa, hei!"
Aku melihat Haneul melambai lewat jendela dari dalam ruangan. Ah, pastilah benar ini ruangannya. Aku masuk dan melihatnya duduk di sofa, tersenyum padaku. Hari ini gaunnya bermotifkan bunga-bunga yang aku yakin pasti dia desain sendiri lagi.
"Mereka bilang akan mengajakmu wawancara. Kelihatannya mereka berhasil membujukmu ya."
"Yah kupikir mereka tidak akan bertanya yang aneh-aneh kan?" tanyaku sambil tertawa.
"Mungkin sedikit menyinggung kehidupan pribadimu?"
"Apa kau sedang menakut-nakutiku?"
Haneul memandangku dengan pandangan menyelidik, "apa kau punya rahasia besar?"
"Tidak! Kurasa tidak ada."
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H