"KAU PIKIR AKU BERCANDA SAAT AKU BILANG AKU MENCINTAIMU? KAU PIKIR AKU BERCANDA KETIKA AKU MENGKHAWATIRKANMU? KAU PIKIR AKU JUGA BERCANDA SELAMA KITA MENGHABISKAN WAKTU BERSAMA-SAMA?" tanya Kyungju panas.
Sebelum membalas kata-kata Kyungju, Valene teringat... ya, semua ini tampak terlalu nyata untuknya. Kecuali... hanya kecuali... Kyungju mampu berakting dengan sangat baik untuk membohongi perasaannya. Tapi apakah Kyungju sekejam itu? Atau apakah dia kurang mengenal Kyungju?
"Apakah menurut noona, masalah bahasa itu adalah masalah yang begitu besar? Masalah yang membuat noona ragu padaku? Masalah yang harus membuat kita bertengkar dan berpisah?" tanya Kyungju menusuk hati Valene.
Valene menggelengkan kepalanya cepat-cepat dan merasa sudah akan menangis. Tidak... dia tidak ingin berpisah dengan Kyungju. Kyungju meraih Valene ke dalam pelukannya.
"Maafkan aku noona... tapi kumohon jangan ragukan aku... perasaanku pada noona adalah nyata. Aku benar-benar mencintai noona. Aku janji, mulai sekarang tak akan ada lagi hal yang kututupi dari noona. Tolong jangan marah padaku."
Suara Kyungju sekarang terdengar begitu lembut... dan hati Valene luluh. Kyungju benar, sebenarnya ini bukan masalah yang begitu besar. Lagipula bagaimana mungkin hatinya menyimpulkan Kyungju menjadi orang yang begitu kejam hanya karena satu masalah? Kalau dia begitu gampang terpengaruh, bagaimana mereka bisa mempertahankan hubungan mereka, ketika nanti mereka harus terpisah oleh jarak dan waktu?
"Mianhae... Kyungju-ya..." sesal Valene.
Kyungju memandangi wajah Valene yang matanya berkaca-kaca.
"Apakah itu berarti noona memaafkan aku?"
"Ya. Dan aku minta maaf karena tidak mempercayaimu. Aku akan berusaha untuk lebih bisa mempercayaimu," ujar Valene sambil tersenyum.
Kyungju mengajak Valene untuk duduk di sofa, seketika wajah Kyungju cerah kembali. Inilah wajah yang ingin kulihat, tegas Valene dalam hatinya.