Valene berjalan kebingungan di dalam bar.
"Aku yakin sekali tadi aku belok kiri... tapi dimana ini?"
Valene berjalan ke suatu tempat yang di kanan-kirinya penuh ruangan kecil yang tertutup, sepertinya tempat karaoke. Valene menggigit bibir bawahnya dan akhirnya teringat lebih baik dia menghubungi Yoonsung daripada tersesat seperti ini. Baru saja Valene akan mengambil ponselnya dari dalam tasnya, mendadak ada yang menarik lengannya untuk masuk ke suatu ruangan di sampingnya. Dengan cepat, Valene dilempar ke sofa disana.
"KYAAAH!" jerit Valene.
Begitu membuka matanya, di hadapannya ada sekitar 4 pria muda. Wajah mereka terlihat kemerahan dan di meja di hadapan Valene penuh dengan gelas dan botol minuman.
"Kenapa lama sekali?"
"A... apa? Aku tidak mengenal kalian," jawab Valene dengan suara mencicit.
"Mau bermain scenario menjadi gadis lugu?"
Salah seorang pria sudah melompat ke sofa dan mengunci Valene di bawahnya. Mata Valene membulat terkejut.
"Sekarang aku baru tau mengapa hargamu mahal. Kau cantik dan seksi juga."
Valene menggunakan syalnya untuk menutupi belahan dadanya ketika pria itu memandang ke arah dada Valene.
"Kurasa kalian salah orang," hardik Valene, berusaha memantapkan suaranya yang bergetar.
"Sudahlah. Kami bisa membayarmu lebih."
"Kurasa kau gugup karena kau masih perawan kan?" tanya salah seorang pria setelah menenggak bir.
"Coba saja telepon pihak bar kalau tidak percaya!" tantang Valene.
"Kau benar-benar menarik."
Pria yang mengunci Valene sudah mulai menciumi wajah Valene. Valene berteriak keras dan menyodok kemaluan pria itu dengan lututnya.
"BRENGSEK!"
Si pria terguling ke lantai dan Valene mengambil kesempatan ini untuk berlari ke arah pintu sambil salah satu tangannya menekan angka 9 di ponselnya, yang langsung mengarah ke nomor ponsel Yoonsung. Tapi sambungan telepon terputus bahkan sebelum ada satu kalipun bunyi nada tunggu. Valene melirik sinyal di ponselnya, dan rupanya ruangan tertutup itu membuat sinyalnya mati. Valene berusaha membuka pintu, tapi pintunya terkunci. Dengan sia-sia, Valene mencoba mendobrak pintu itu tapi lengannya malah sakit.
"Kau tidak bisa keluar," ujar salah satu pria sambil memamerkan kunci yang dipegangnya.
Valene menempelkan punggungnya pada pintu, berusaha menahan air matanya. Ruangan ini kedap suara dan Yoonsung sangat jauh, bagaimana mungkin ada orang yang bisa menyelamatkannya? Seorang pria merebut ponsel dari tangan Valene dan  melemparkannya ke seberang ruangan.
"Salah tempat atau tidak, kau muncul di waktu dan tempat yang salah," ucapnya sambil tertawa licik.
"Dan kau milik kami. Ayo, haruskah aku yang mulai?"
Valene menggedor pintu dengan putus asa membuat kepalan tangannya terasa sakit dan dia terus menerus menjerit.
"YOONSUNG! YOONSUNG TOLONG AKU!"
"Siapa Yoonsung? Lelaki hidung belang lain yang mem-booking-mu malam ini? Tapi kau milik kami."
Pria yang baru saja berbicara itu menarik Valene pada pinggangnya dan melempar Valene ke lantai, membuat kepala Valene membentur lantai dengan cukup keras. Valene langsung merasa pusing, tapi dia tidak mau kalah. Dia tidak boleh menyerahkan dirinya pada mereka. Valene menggelengkan kepalanya, tidak, hanya orang yang dicintainya yang boleh menyentuhnya. Dan seketika sosok Kyungju muncul dalam benaknya. Kyungju... matanya yang bulat... lesung pipinya yang dalam... suaranya yang berat... tidak bisakah dia mempertahankan dirinya untuk Kyungju? Dimana Kyungju di saat dia begitu memerlukannya? Valene berontak sambil berteriak kencang ketika salah seorang pria sudah mulai merobek dress-nya. Tolong aku... Kyungju... Yoonsung... tolong aku... batin Valene putus asa. Dan seketika, pintu didobrak dengan sangat keras dan membuat daun pintunya terpental. Disitu tampak Yoonsung, wajahnya bersimbah keringat dan dia tampak marah ketika mengenali sosok Valene di lantai.
"SIAL! KALIAN BERANI MENYENTUHNYA?"
Dengan satu lompatan pasti, Yoonsung menyerang pria yang menciumi Valene, membuat mereka berdua sekarang terguling-guling. Valene hanya bisa memandang shock pada pemandangan di hadapannya: Yoonsung menyerang si pria dengan kekuatan dan kebencian yang tidak pernah disangkanya.
"KYAAAAAAAAH!!!"
Valene berteriak lagi ketika pria yang lain sudah ikut dalam perkelahian. Apa yang harus kulakukan... kita kalah jumlah... batin Valene sambil melihat kesana kemari. Dan pria berikutnya ikut menerjang beberapa menit setelahnya. Valene melihat Yoonsung terguling di lantai, sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.
"YOONSUNG!"
Pria yang tadi kemaluannya ditendang Valene sekarang sudah bergabung untuk menghabisi Yoonsung. Tanpa sadar apa yang dilakukannya, Valene meraih botol di meja dan memukulkan botol itu ke kepala pria itu dan membuatnya roboh seketika. Valene masih memandangi hasil karyanya dengan takjub ketika dia menjatuhkan botol itu ke lantai, pecahan dan isi cairannya berserakan kemana-mana. Dia bisa membantu Yoonsung!
"NOONA, RUN!" teriak Yoonsung dari bawah sana.
Valene sedang berlari untuk mengambil botol berikutnya.
"AKU TIDAK AKAN MENINGGALKANMU!"
"ASK FOR HELP! NOW!"
Valene membulatkan matanya, mengerti apa maksud Yoonsung. Valene berlarian keluar ruangan dan berteriak sekencang-kencangnya.
"ADA YANG BERKELAHI! TOLONG KAMI! TOLONG!" jerit Valene.
Dalam sekejap, satpam dan beberapa pria berlarian ke ruangan di belakang Valene. Valene mengatupkan kedua tangannya dan berharap Yoonsung bisa tertolong. Setelah kerumunan itu dilerai, seorang pria memapah Yoonsung. Valene terkesiap: Yoonsung tampaknya terluka parah. Ada banyak luka lebam di wajahnya yang tampan, di sudut bibirnya masih juga terlihat darah segar yang membekas, pakaiannya tampak robek di beberapa tempat. Setelah mengucapkan terima kasih pada yang menolongnya, Yoonsung berjalan terseok ke arah Valene yang langsung memapahnya, menolongnya yang nyaris terjatuh.
"Yoonsung... kau terluka..." ucap Valene dengan suaranya yang bergetar.
Yoonsung bersandar ke tembok menghadap Valene lalu melepas syal hitam yang dipakai Valene. Yoonsung melebarkan syal itu sedemikian rupa untuk menutupi dress Valene yang terkoyak di beberapa bagiannya. Valene baru tersadar dia tampak sangat berantakan dan dia malu.
"Noona, apakah noona baik-baik saja?"
"Aku tidak apa-apa... tapi Yoonsung..."
Valene menyentuh ujung bibir Yoonsung dan dia meringis.
"Aku tidak apa-apa."
"Apa maksudmu tidak apa-apa? Lihat lukamu begitu banyak karena aku..." ujar Valene, matanya mulai berkaca-kaca.
"Diobati sedikit saja aku akan langsung sembuh. Tapi noona... mereka belum... kan?"
Valene tau apa yang dimaksud Yoonsung "mereka belum menyentuhmu kan?" Dan Valene kembali teringat betapa ketakutannya dia tadi. Andaikan Yoonsung terlambat sebentar lagi saja... atau andaikan tidak ada yang tau dia di dalam... Yoonsung menarik Valene ke dalam pelukannya. Tapi semua itu sudah berlalu. Dia sekarang aman.
"Noona akan aman, selama aku di samping noona."
Valene terkesiap ketika suara Kyungju terdengar di kepalanya, tapi dia menyadari rasa aman yang dirasakannya sekarang kembali terasa. Rasa aman yang membuatnya sangat nyaman.
"Masih kuat, noona? Kita harus memberikan keterangan pada polisi. Aku tidak akan biarkan mereka lolos."
Sekilas ada sorot kebencian yang mengerikan terlintas di mata Yoonsung yang membuat Valene ketakutan. Tapi Valene pikir, dia hanya mengkhayalkan sorot itu. Valene menghapus air matanya dan mengangguk.
"Aku janji ini tidak akan lama."
Valene mengangguk dan menurut ketika Yoonsung yang berjalan terseok, menggandeng tangannya dan berjalan meninggalkan tempat itu.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H