Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] I'm (Not) Allow to Love You [34]

18 Juli 2020   19:43 Diperbarui: 26 Juli 2020   22:18 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

Song list:

  • DGNA – Lucky Man 행운안
  • Yoo Seonho – Maybe Spring봄이 오면
  • STRAY KIDS – Neverending Story끝나지 않을 이야기
  • Eric Nam & CHEEZE – Perhaps Love사랑인가요
  • Rainbow – Pretend보고 싶었단 그 말도
  • GB9 – Propose프로포즈
  • Wang Leehom – The First Morning 第一个清晨
  • Moon Junyoung & Park Sangjun – Too Late늦은후회
  • WANNA ONE – Wanna갖고 싶어
  • ASTRO – You’re My World

MIN DONGSUN'S POV

Aku menekan bel pintu apartemen miss Hwan. Aku tau bertamu hampir jam 10 malam pasti terkesan tidak sopan tapi kurasa dia perlu tau keadaan genting ini. Pintu dibuka oleh miss Hwan yang tampak mengantuk.

"MIN DONGSUN!" teriaknya terkejut.

Aku mengerti dia terkejut karena ada hal tak mengenakkan terjadi pada kami beberapa waktu yang lalu. Tapi aku harap dia tidak membahasnya sekarang.

"Miss, aku minta maaf aku muncul sekarang. Boleh aku masuk? Aku mau menceritakan sesuatu."

Dia mundur sedikit dan aku masuk dan duduk di sofa ruang tamunya. Sofa yang tak asing untukku karena aku pernah melihatnya sebelumnya.

"Kau ingin minum sesuatu?"

"Tidak. Aku harus segera pergi. Aku hanya ingin memberi tau miss bahwa miss Baek tampaknya diculik."

"APA MAKSUDMU TAMPAKNYA DICULIK?"

"Ya, tadi Donghyun bilang dia lihat miss Baek dibawa pergi dan Chungdae mengejar mereka. Jadi sekarang kami coba mengecek keadaan mereka dulu."

"Bagaimana kalian tau dimana mereka?"

"Kami punya Hyeil hyong," tawaku gugup, "sekarang aku harus menyusul mereka."

"Tidakkah kau pikir menelepon polisi adalah ide yang lebih baik? Kalian hanya sekumpulan murid SMA."

"Yang 3 di antara kami pemegang sabuk hitam taekwondo, atau empat, kalau kita hitung Chungdae."

"Aku tau. Tapi ini tetap berbahaya."

"Kami hanya akan mengecek keadaan dulu."

"Kalau begitu aku akan ikut denganmu "

"Tidak," ucapku tegas sambil menekan bahunya dan memaksanya tetap duduk, "aku perlu miss Hwan untuk menelepon polisi jika kami tidak bisa bergerak dan keadaan gawat."

"Tapi bagaimana aku tau kalian dalam bahaya?"

"Beritau aku nomor teleponmu dan kita akan terus berhubungan selama aku kesana."

Dia memandangiku dengan ragu.

"Percayalah padaku, kami semua akan baik-baik saja."

"Baik. Kalau keadaan buruk, aku akan kesana dengan polisi."

"Aku akan pergi sekarang."

Aku beranjak menuju pintu apartemennya. Setiap menit sangat berharga sekarang. Aku melihat yang lainnya sudah sampai di tempat dimana Chungdae berada dan mereka setiap saat pasti akan menghubungiku.

"Dongsun."

"Ya miss?"

"Jaga dirimu oke?"

Aku mengangguk dan tersenyum meyakinkannya dan mulai berlari sambil menekan nomor telepon miss Hwan, memastikan hubungan kami tidak terputus.

***

MIN DONGHYUN'S POV

"Aku tak bisa menelepon Dongsun hyong, jaringannya sibuk," protesku setelah mencoba untuk yang ketiga kalinya.

"Biar kukirim pesan padanya saja," putus Hyeil hyong dan mulai mengetik di laptopnya yang dipegangi Chinye.

"Hyong, apa kau yakin mereka di dalam gudang itu?" tanya Joonki hyong.

"Ya, koordinat Chungdae di dalam sana."

Kami bersembunyi di barisan tong berbau minyak tanah yang tersusun tak jauh dari gudang itu. Aku tak pernah main ke daerah Seoul yang ini dan sepertinya itu gudang tak terpakai. Aku makin cemas pada keadaan ini.

"Aku tak yakin kita bisa menunggu Dongsun hyong," ujarku sambil melihat ke arah sekitar.

"Bagaimana kalau aku mengintip keadaan dulu?" tawar Yeowoo noona.

"Baik, tapi hati-hati."

Yeowoo noona muncul dari balik tong sambil mengendap. Keadaan cukup gelap karena tak ada lampu penerangan di sekitar kami kecuali cahaya dari laptop Hyeil hyong dan cahaya remang dari dalam gedung yang menyusup keluar lewat jendela dan sela pintu yang sedikit terbuka. Yeowoo noona mencapai pintu dan membukanya sedikit, tapi rupanya pintu itu berderit dengan bunyi yang keras.

"SIAPA ITU?"

Sebelum kami paham dan bereaksi, empat pria dewasa keluar dari gedung dan salah satunya ditendang Yeowoo noona sampai jatuh.

"Lindungi Yeowoo noona!"

Aku dan Joonki hyong keluar dari persembunyian dan berusaha menghalangi pria-pria itu mengepung Yeowoo noona.

"Bodoh kau, berani pada perempuan!" seru Joonki hyong yang membuat seorang pria berbalik ke arahnya.

"Anak kecil banyak bicara. Bisa apa kau!"

"Oh my God..."

Joonki hyong berlari dikejar si pria dan aku baru akan mengejar mereka ketika pria lain membawa pentungan mengayunkannya dan nyaris melukai kepalaku kalau aku tidak menunduk tepat pada waktunya. Aku tak punya waktu menolong Joonki hyong karena aku harus menghadapi pria ini.

"JOONKI, BISA APA SIH KAU!" seru Yeowoo noona yang baru saja melumpuhkan pria yang mengejarJoonki hyong.

"Bisa memancing," kudengar tawa Joonki hyong.

"Mengapa harus aku yang melindungimu?"

"Empat jatuh!" seruku ketika tendangan melayangku tepat sasaran: aku menendang kepala si pria.

Maafkan aku tapi sepertinya kalau aku tidak melakukan ini, kau akan membunuhku.

"Mereka tak berguna. Keluar, serang anak-anak itu!"

Seorang pria lain berlari dari dalam gudang diikuti empat pria lainnya.

"Sial, banyak sekali orangnya!" seru Yeowoo noona memasang kuda-kuda lagi.

"Donghyun awas!!!"

Rasanya cepat sekali ketika Youngkyong datang dari balik tong dan entah dari mana dia dapatkan panic dan dia membuat pria yang berada di dekatku pingsan. Dia memukulinya keras di bagian belakang kepala si pria.

"Wow Suk Youngkyong!" pujiku tak bisa menahan tawaku.

"KALIAN MASIH BERANI?" seru Youngkyong tanpa ragu turun ke medan perkelahian.

"Masih ada lagi disana! Aduh! Sial kau!"

Seusai melepas tendangan yang keras ke perut lawanku, kulihat seorang pria berlari ke barisan tong tempat kami bersembunyi tadi, Chinye sudah berdiri disana melempari seorang pria yang berlari ke arah mereka dengan batu. Tapi melihat lawannya terus maju, kulihat Chinye ketakutan. Aku tau aku harus melindunginya dan Hyeil hyong yang tidak bisa bergerak. Aku berlari dan melompat untuk melepas tendangan keras yang mengarah ke punggung pria itu...

"Donghyun! Aku harus merekam itu!" seru Joonki hyong dari kejauhan.

Si pria jatuh menabrak tong dan Chinye dan Hyeil hyong berhamburan keluar dari persembunyian. Kuhampiri mereka.

"Kalian tak apa-apa?" tanyaku sambil mengecek keadaan Chinye.

"Ya, kami menghindar tepat pada waktunya," jawab Chinye.

Empat pria jatuh lagi, tapi masih ada berapa di dalam sana, aku tidak tau. Dengan siapa sekarang kami berhadapan? Siapa mereka?

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun