"Aku tak bisa menelepon Dongsun hyong, jaringannya sibuk," protesku setelah mencoba untuk yang ketiga kalinya.
"Biar kukirim pesan padanya saja," putus Hyeil hyong dan mulai mengetik di laptopnya yang dipegangi Chinye.
"Hyong, apa kau yakin mereka di dalam gudang itu?" tanya Joonki hyong.
"Ya, koordinat Chungdae di dalam sana."
Kami bersembunyi di barisan tong berbau minyak tanah yang tersusun tak jauh dari gudang itu. Aku tak pernah main ke daerah Seoul yang ini dan sepertinya itu gudang tak terpakai. Aku makin cemas pada keadaan ini.
"Aku tak yakin kita bisa menunggu Dongsun hyong," ujarku sambil melihat ke arah sekitar.
"Bagaimana kalau aku mengintip keadaan dulu?" tawar Yeowoo noona.
"Baik, tapi hati-hati."
Yeowoo noona muncul dari balik tong sambil mengendap. Keadaan cukup gelap karena tak ada lampu penerangan di sekitar kami kecuali cahaya dari laptop Hyeil hyong dan cahaya remang dari dalam gedung yang menyusup keluar lewat jendela dan sela pintu yang sedikit terbuka. Yeowoo noona mencapai pintu dan membukanya sedikit, tapi rupanya pintu itu berderit dengan bunyi yang keras.
"SIAPA ITU?"
Sebelum kami paham dan bereaksi, empat pria dewasa keluar dari gedung dan salah satunya ditendang Yeowoo noona sampai jatuh.