Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] I'm (Not) Allow to Love You [19]

26 April 2020   12:27 Diperbarui: 26 April 2020   12:28 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

Song list:

  • NU'EST -- Love Without Love
  • YookSungjae -- Loving You Again
  • DGNA -- Lucky Man
  • Yoo Seonho -- Maybe Spring
  • STRAY KIDS -- Neverending Story
  • Eric Nam & CHEEZE -- Perhaps Love
  • Rainbow -- Pretend
  • GB9 -- Propose
  • Wang Leehom -- The First Morning
  • Moon Junyoung & Park Sangjun -- Too Late

Aku sudah mandi dan duduk di ruang tamu apartemen Min Brothers. Aku dipinjamkan piyama oleh Son Hyereum, eomma Min brothers. Sedikit kebesaran tapi ini nyaman untukku. Pikiranku tadi benar-benar kacau. Aku jelas-jelas merasa ada yang mengikutiku. Lalu kutemukan dua paket di depan pintu apartemenku. Aku tak berani membuka isinya, aku tak berani masuk ke dalam. Aku takut siapapun itu bisa masuk ke apartemenku. Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa yang melakukan semua ini padaku?

"Choeun, diminum dulu," Hyereum eonni meletakkan segelas teh panas di hadapanku.

"Terimakasih, eonni," ujarku sambil minum perlahan, "maaf aku merepotkanmu."

Suaminya, Min Dongha duduk di sampingnya. Wajah Dongsun lebih mirip appanya, tapi wajah Donghyun lebih manis mirip eommanya. Dongha-ssi tersenyum padaku menenangkan.

"Sonsaengnim tidak merepotkan kami sama sekali. Kami senang bisa membantu," ujar Dongha-ssi sambil tersenyum.

"Apakah kau tau siapa yang kira-kira tega berbuat begitu padamu?"

"Aku tak tau, eonni. Dan itu baru terjadi kira-kira 3 minggu belakangan ini."

"Bagaimana dengan penyelidikan pihak polisi?" tanya Dongha-ssi.

"Mereka belum menghubungiku lagi."

"Akhir pekan ini mari kita kesana. Aku akan menemani Baek Sonsaengnim. Kejadian ini mulai serius, menurutku."

"Terimakasih, Dongha-ssi."

"Dan kami sudah memutuskan untuk memaksa Baek Sonsaengnim tinggal disini untuk sementara waktu."

"Apa? Tapi itu akan sangat merepotkan!"

"Tidak," hardik Hyereum eonni, "sungguh tidak merepotkan. Kami tidak ingin kau dalam masalah. Setidaknya hingga kita merasa keadaan aman kembali, tinggallah disini."

"Tapi..."

"Jangan menolak kami," ujar Hyereum eonni sambil tertawa ringan, "kau tau apa yang dilakukan kedua pria mudaku? Mereka langsung ke apartemenmu sekarang untuk mengambilkan kira-kira barang apa saja yang kau perlukan."

"Oh benarkah? Tapi bukankah ini berbahaya untuk mereka? Kita tak tau apakah ada yang bersembunyi di dalam apartemenku..."

Memikirkan Min Brothers kesana membuatku bergidik lagi. Dongha-ssi menyerahkan ponselnya padaku.

"Untuk itu kami dari tadi menjaga komunikasi dengan Dongsun. Lagipula aku percaya mereka," ujar Dongha-ssi sambil tersenyum, senyum yang persis seperti anak-anaknya, "mengalahkan anak-anakku tidak akan mudah. Dongsun butuh kode pintumu."

Aku menerima ponsel itu dan mendengar suara Dongsun di seberang sana, "miss Baek?"

"Ah ya Dongsun, ini aku."

"Kami butuh password-nya miss."

"040394. Berhati-hatilah."

"Semua oke!" kudengar suara Donghyun di dekatnya setelah suara pintu terbuka.

"Kami minta izin untuk mengambil barang-barang termasuk pakaian miss. Jika ada sesuatu yang penting yang perlu dibawa, akan kami bawakan juga."

"Periksa kamar dan ruangan lainnya, kalau-kalau ada yang bersembunyi, Dongsun."

"Tidak ada, semua baik-baik saja disini," lapor Donghyun, suaranya terdengar agak jauh, "semua barang juga tampak rapi."

"Baiklah, kurasa semua aman, miss Baek."

Aku memberitau mereka barang-barang apa saja yang perlu dibawa sebelum memutuskan sambungan telepon ketika mereka berdua sudah di stasiun subway yang ramai.

"Maaf, apakah kode pintu apartemenmu adalah tanggal ulangtahunmu?" tanya Dongha-ssi, "jika benar, kurasa ada baiknya Sonsaengnim menggantinya. Kita tidak tau apakah penguntit ini orang yang kenal dekat dengan Sonsaengnim."

"Aku setuju dengan suamiku. Segeralah ganti ketika kau pulang nanti," nasehat Hyereum eonni.

"Baik, aku akan mengingat itu eonni."

"Ayo, kutunjukkan kamarmu."

Aku berdiri mengikuti langkahnya. Dia membuka kamar satunya yang selama ini dibiarkan kosong, tapi rupanya ada ranjang dan beberapa perabotan disana.

"Kalau ada keluarga kami yang datang dari jauh, kami biasanya membiarkan mereka untuk tinggal disini. Agak berdebu karena sudah empat bulan kosong," tawa Hyereum eonni, "akan kuminta anak-anakku untuk membereskan kamar ini sebentar."

"Tapi eonni, mereka pasti lelah. Apalagi Donghyun yang harus bolak-balik," tolakku, "aku bisa membereskannya sendiri."

"Tidak, mereka sangat kuat. Kau akan terkejut melihat stamina mereka ketika kau tau seperti apa mereka di rumah," ujarnya masih sambil tertawa, "karena kau tamu, kami harus memperlakukanmu dengan baik."

Aku memandang wajahnya yang tersenyum ramah, "terimakasih sekali lagi, eonni."

"Semoga kau merasa nyaman disini ya."

***

Sudah tiga hari aku menginap di rumah Min Brothers. Aku bahkan berangkat dan pulang dengan mereka. Hal canggung pertama yang terjadi adalah ketika Chungdae datang sehari sesudah aku pindah kesini. Dia tampak terkejut melihatku tapi berusaha bersikap biasa di hadapan yang lainnya. Dia tidak banyak bicara, aku yakin dia merasa canggung juga. Aku juga bisa mengenal Min Brothers dengan baik karena aku suka mengamati mereka. Misalnya saja Dongsun punya kebiasaan bangun pagi untuk berolahraga ringan di taman apartemen dan belajar tiap malam, meski dia tak punya tugas apapun. Sedangkan Donghyun nyaris bertolak belakang dengan hyongnya: dia bangun lebih telat, juga lebih sering terlihat bersantai dengan ponselnya tiap malam ketimbang dengan bukunya, tapi sebagai si bungsu, dia terlihat lebih akrab dengan kedua orangtuanya dan sering memeluk manja eommanya, dia juga lebih rajin membantu eommanya. Keluarga Min sangat baik denganku dan aku merasa perlu sedikit bertanggungjawab, jadi kadang aku memasak untuk mereka ketika aku bisa bangun lebih pagi atau pulang lebih awal. Seperti pagi ini, aku bangun sangat pagi karena semalam aku tidur dengan pulas. Aku berjalan menuju dapur dan suasana apartemen masih gelap pada saat itu. Aku menyalakan lampu dapur dan membuka lemari es mereka. Ada roti di dalam sana. Kurasa aku akan membuat sandwich dan membuat beberapa juga supaya bisa jadi bekal keluarga Min saat mereka keluar nanti. Aku mulai memotong sayur-sayuran dan dagingnya. Saat itu kudengar ada yang melangkah ke dapur dan kukira itu Hyereum eonni, tapi rupanya hanya Donghyun yang bangun dengan wajah mengantuk dan rambut berantakan. Dia menggosok matanya dan tampak kaget ketika melihatku.

"Oh miss."

"Selamat pagi Donghyun. Aku akan membuatkan sarapan untuk kalian," sapaku sambil tersenyum lebar.

Aku mendengus melihat wajah mengantuknya. Dia masih tampan, tapi terlihat agak lucu ketika nyawanya belum terkumpul seperti sekarang ini.

"Aku akan membantu. Tunggu sebentar aku cuci muka dulu."

Tak lama kemudian dia datang membantu dengan wajah yang lebih segar. Donghyun sangat membantu karena dia sigap ketika dimintai bantuan.

"Donghyun-ah, apakah seperti itu caramu memotong?"

"Kenapa miss? Apa ada yang salah?"

"Kau akan memotong jarimu sendiri suatu hari nanti kalau kau terus memotong seperti itu."

"Bagaimana jadi cara yang benar?"

Aku dengan sabar memegangi tangan dan mengatur jari-jarinya, lalu memotong daging dengan masih memegangi tangannya.

"Begini akan lebih aman."

"Oh baiklah, aku akan mengingat ini. Terimakasih, miss."

Aku mendongak saat dia tersenyum senang. Pernahkah kukatakan aku sangat menyukai tatapan Donghyun? Apalagi ketika dia bicara, dia selalu punya kebiasaan untuk menatap mata lawan bicaranya. Ketika dia tersenyum, matanya membentuk eye smile dan itu membuatku lebih terpana lagi.

Light filters in, bleaching our dreams

I don't want you to wake up

wo

Not now, last night went by too fast

I can't bring myself to say anything with you secretly lying on my chest

I kiss your cheek, proving that this moment really exists

yeah ho

It's you who lets me believe in love, treating me so generously

It's love, we were destined, not an accident

This is love, our love

It isn't certain yet but it's so concrete

I pull you into my embrace

Quietly replacing release

I never want to let go

(Wang Leehom -- The First Morning )

"Selamat pagi."

Aku langsung menjauh dari Donghyun. Rupanya Dongsun bangun pagi lagi hari ini. Donghyun segera sibuk dengan daging yang dipotongnya tadi.

"Oh Dongsun! Akan berolahraga?" tanyaku sambil tersenyum.

"Ya. Apa yang sedang kalian lakukan?" Dongsun bertanya balik.

"Kami sedang membuat sandwich. Ini minumanmu, bawalah."

"Baik, sampai jumpa nanti miss."

Aku memandangi punggung Dongsun yang menjauh. Sejak kapan dia berdiri disitu dan apa tanggapan dia melihat kedekatan aku dan Donghyun?

***

Disclaimer: This novel is a work of fiction. The similarity of the name, nature and character traits are accidental. Plot of the story is written using pure imagination of the author. The author also do not have all the songs in the playlist for this novel, but solely to help readers get the right feeling when listening to the song and read this novel. This novel concept is "Korean drama" with a cast that was introduced in cast trailers and included in the genre of fanfiction and romance. This novel is STRONGLY RATED for YOUNG ADULT and ADULT at age 17 or more, it's not recommended for readers under that age. If there is bad effect (such as forming a negative thought to follow the bad influence of this story), author WILL NOT BE RESPONSIBLE for it, since all of it is a work of fiction. This novel is also a part of ARTWORK. Author stated that there are some good moral values which also can be taken from this novel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun