"Wid, kamu nggak perlu lari-lari sampai Mesir hanya untuk bertemu cinta. Kamu sudah mendapatkannya. Kakimu adalah kaki yang baik, yang akan menuntunmu dalam sebuah ikatan pernikahan yang baik pula."
Aku tertegun. Kaki ini yang nantinya akan menuntunku dalam pernikahan yang baik? Ya Allah, aku menyerahkan semuanya padaMu...
"Kamu juga jangan lupa doa Wid... Kita boleh loh egois dalam hal doa. Berdoalah untuk kebaikanmu juga. Jika kamu belum merasa dikabulkan, bukan berarti Allah mengabaikan. Sekiranya Allah tau kapan harus memberi."
XXX
Malam ini aku menginap kos Xera lagi. Akhir-akhir ini aku sering pulang malam, bangun siang. Kalau Ustadz lihat mungkin aku sudah dibacakan surat Yasin.
"Wid nggak shalat dulu?" Tanya Xera.
"Aku udah shalat tadi di rumah." Aku teringat Ustadz lagi. Andai saja shalat jama'ah bisa lokal, interlokal, atau bahkan internsional. Calon Imamku di Mesir sih. Sepertinya malam ini akan mimpi indah...
Lantunan lagu Maher Zain membawaku menyambut pagi. Berapa kalipun aku mendengarkan, sosokmu lah yang hadir dalam lagu itu...
"Cause we always had in our minds. The place that no eye has ever seen. The place that no heart has ever perceived. The place we've been promised to live in forever. And best of all, it's just me and you..." Suara merdu Maher Zain sempat terpotong oleh bunyi sms. Kulihat nama yang tertera. Cepat aku terduduk membaca nama itu, Ustadzku! Orang yang ingin aku habiskan waktu bersama dalam tali kasih suci. Kubuka cepat-cepat.
"Xer bangun!" Tergesa kubangunkan Xera yang masih terbuai.
"Xeerrr Ustadz sms aku! Bangun dong!"