Hari terberat dalam sejarah perkuliahan, UAS. Menyiapkan slide demi slide, semangat lebih terasa saat aku teringat keluarga di rumah.
Belajar malam ini terasa suntuk. Pikiran untuk keluar pun aku tanam, melihat hujan turun mengejek dengan petirnya. Malang begitu dingin saat hujan, apakah di Mesir juga sedang hujan sekarang?
Petir kembali sombong dengan suaranya, hembusan angin perlahan meniup dari jendela.
"Jendela kamar mengembun, tiba-tiba aku ingin menulis namamu..."
Aku berdiri perlahan menuju jendela. Kuayunkan jari perlahan. F... Tersenyum aku melihatnya. Angin kencang dengan cepatnya menghapus namamu, secepat hujan turun. Ah sudahlah... namamu sudah ada dihatiku bukan?
XXX
Kulihat arloji sekali lagi. Sudah hampir jam delapan. Menunggu seperti ini menjadi membosankan, kalau saja tidak terdengar suara musik jazz ditelinga. Sesekali kujejalkan cokelat sambil mengingat materi yang akan kubawakan saat ujian nanti. Materi yang akan kubawakan? Okeh aku sedang tidak dalam kondisi openmic.
"Wid! Maaf telat. Macet di jalan." Tepukan ringan pada pundakku hampir membuat coklat ditanganku terjatuh.
"Buruan yuk. Dosennya killer nih."
"Lagian kamu cepet banget sih nyampe kampus..." kata teman sekelompokku.
"Aku kan hobinya lari. Hahahaa." Aku terdiam sejenak. "Eh, aku hobi jalan kaki, aku hobi lari-lari. Misal jarak jalan kaki plus lari-lariku dari kecil sampe kini, udah sampe Mesir belum ya?" Tanyaku.