“Bapa pergi dulu ya?” Pamit yulianus. “Sampai jumpa!”
Seperti hendak berpisah untuk selamanya, yulianuspun pergi meninggalkan istri dan anaknya. Ia mengayunkan langkah menuju airport enarotali yang jaranya sekitar 100 meter dari rumahnya di Komplek Kogekotu.
Di airport ia melihat banyak aparat militer sedang bertugas menjaga keamanan. Ada pasukan Paskhas AU, Satgas Tribuana (KOPASSUS), BAIS, pasukan KOTIS AD, pasukan Batalyon 1705 nabire, Brimob dan Polisi KPPP Udara.
Seperti hendak membalas dendam atas kejadian yang menimpahnya 3 tahun silam, spontan ia marah dengan teguran keras;
“Pergi dari sini, kami tidak butuh kalian, justru kehadiran kalian disini yang buat paniai kacau, pergi…pergi…”, teriaknya ulang-ulang.
Teriakannya yang lancang itu tak ditanggapi oleh aparat dan semua dibiarkan berlalu tanpa reaksi balasan.
Setelah kejadian itu, terhitung beberapa jam kedepan tak ada lagi yang tahu kemana perginya yulianus. Bak ditelan bumi, istri dan sanak-saudara mencari Yulianus kemana-mana di sepanjang Kota Enarotali sampai ke seantero Paniai namun ia tak ditemukan.
Esok hari, pagi-pagi buta sekitar pukul 06.00, Hand Phone si istri berdering. Istri yulianus bangkit dari pembaringan dan berjalan menuju HP yang ditaruh di atas meja di kamar. Oh, ternyata Otto adiknya yang telpon.
“Allo Otto?” katanya begitu HP menempel di telinga.
“Allo?” suara Otto membalas dengan nada ragu dan takut.
“Ada apa pagi-pagi telpon ? “ tanya kakanya curiga.