"Kok bisa begini rasanya."
Mbah wedok pun tidak mau ketinggalan mencicipi kopi buatan saya. Reaksinya pun sama. Huwekkkk.. Mbah memuntahkan kopi itu.
"Waduh. Kok aneh. Kamu kasih gula apa ndak?"
"Sudah mbah. Saya ambil di rak itu". Saya pun menghampiri rak dan mengambil blek yang saya anggap gula dan kopi. Saya buka blek kopi dan gula tersebut. Dan ternyata, betapa terkejutnya saya karena saya salah ambil. Blek yang saya anggap gula ternyata berisi micin.
"Mbah, saya salah ambil gula. Bukan gula yang saya ambil, tapi micin. Blek nya mbah sama semua sih." Ucap saya dengan suara memelas dan wajah bersalah.
"kwkwkwkwkw". Mbah lanang tertawa diikuti mbah wedok yang juga ikut tertawa.
"Makanya, kalau tidur jangan kelamaan. Tidak baik juga. Bangun-bangun badan malah tambah ngantuk dan pusing." Ucap mbah lanang
Saya pun tertawa sambil menahan rasa malu. Masak sudah kuliah tidak bisa membedakan gula dan micin. Jadi malu sendiri. Hingga malam pun saya masih ditertawakan sama mbah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H