Mohon tunggu...
Walan Yudiani Yudi
Walan Yudiani Yudi Mohon Tunggu... Penulis - Seorang guru yang ingin terus belajar

Sederhana dan memberi inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta dalam Hujan Kepagian

6 Maret 2022   21:38 Diperbarui: 6 Maret 2022   21:41 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terima kasih, Galih!". Sambil berusaha untuk melepaskan genggaman tanganku. Kemudian menghadap jauh ke depan dengan tatapan kosong.

Barangkali itu dulu, Galih". Kamu selalu ada jika aku butuh kamu. Kamu cinta pertama aku. Laki-laki yang selalu dalam ingatanku. Aku selalu berusaha untuk kuat menghadapi pahit hidup ini kecuali merinduimu di setiap waktu.

Galih, sekarang aku tidak seperti dulu lagi". Sambil memegang pundak. Aku wanita kotor, hina dan tak pantas lagi berteman dan bahkan tak pantas menjadi kekasihmu lagi". Menangis sesegukan seperti anak kecil tanpa irama.

Maksudku kamu sekarang.....!". Aku mencoba memastikan, menatap tajam tanpa menyinggung perasaannya.

Iyah." Karena kebutuhan Galih, ekonomi keluargaku." Sambil terus menangis tak henti-henti sesegukan. Belum sempat aku bicara dan meneruskan pertanyaannya.

Tiba-tiba dari kejauhan klakson mercy berbunyi. Suara khas mobil mewah. Dan dengan melambaikan tangannya, bergegas Nadien meninggalkan aku dengan tidak kepercayaan aku atas semua ini. Mematung. Tanpa sadar mataku berurai. Kepergiannya menyisakan penyesalan. Seandainya saja, bisa terhubung dan menemuiku saat itu. Mungkin lain ceritanya. Dan Tuhan tentunya punya alasan lain tentang peritiwa ini. Takdir, Jodoh, Umur, Rejeki ada di tangan-Nya. Aku terhenyak, hujan kepagian hari ini mengabarkan cinta yang sesungguhnya.

(Pasar Minggu, 25 Januari 2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun