Mohon tunggu...
Arjuna Sihombing
Arjuna Sihombing Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Keberuntungan bisa direncanakan Pin 75656D88

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Perkosa Anakku

8 Juni 2014   03:32 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:46 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Receh yang ia hitung sudah habis. Hanya ada sedikit duit kertas. Suara anaknya sudah ia tidak dengar lagi. Hatinya tenang. Ia bisa membuat anaknya tidak kelaparan.

Setengah jam berlalu. Ia mendengar suara teriakan. Anaknya meminta tolong. Suaranya pecah. "Lepaskan aku, lepaskan, Ibu! Ibu. Tolooong!

Anak itu menangis, bajunya tersingkap. Payudaranya terbuka. Ia hampir polos tanpa busana.

*

Malam sewingit makam. Hitam. Alam kini telah Legam. Seorang lelaki Menghitung resiko dari renca yang ia susun. Gemirisik receh menghiasi telinganya di balik papan rumah. Hanya ada dua orang di dalam.

"Ibu! Ayah kemana?"

"Ayahmu pergi?"

"Kemana"

"Mati"

"Kuburannya"

"Sudah lama Hilang"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun