Tiba tiba dia membalikkan badanku, meletakkan kedua tangannya disisi kepalaku,wajahnya condong kedepan. Aku terperangkap! Mau apa dia?
"Kita menikah" kalimat itu diucapkan dengan nada penekanan, membuatku termangu, "ya atau tidak, Jingga, Aku butuh jawabanmu" tegasnya
" Tidak" kugelengkan kepala kuat kuat.
"Dan Aku tidak perduli, seribu kali Kamu bilang tidak, Aku tidak perduli, lama kebersamaan kita Jingga, apakah itu tidak ada artinya untukmu, Aku beneran ingin menikah denganmu" suaranya tiba tiba lirih dan terdengar sedih, dan entah kenapa tiba tiba hatiku merasa hangat.
" Bim, please, jangan main main "kurasakan suaraku bergetar
" Siapa yang main main, dari dulu, Aku sudah bilang kalau Aku ingin menikah denganmu, Kamu ajah yang takut, ya kan?"
" Ehhhh, Aku enggak takut ...ya" kataku cepat
" Kamu takut ! takut! takut! padahal apa sih yang Kamu takutkan, perasaanmu? Jingga dari dulu hatimu itu sudah jadi milikku, sadar atau pun tidak sadar, Kamu tau!" ujarnya, matanya berkilat marah, "jadi ya atau tidak ?" tanyanya
" Ti-Dak" tekanku
" Penakut!" desisnya.
" Apa ? No No No.... Aku bukan penakut dan bukan pengecut, 'Bim"